Tuesday, October 6, 2015

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR QUR’AN HADITS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satunya meliputi mata pelajaran Qur’an Hadits. Dimana al-Qur’an dan hadits merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat Islam dan dua perkara yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad setelah beliau wafat. Jadi sudah semestinya keberadaan mata pelajaran tersebut dalam pendidikan Islam. Sehingga pendidikan Islam mampu mencetak generasi Islam yang berbasis nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadits.
Dalam proses belajar mengajar Qur’an Hadits tidak hanya materi yang dibutuhkan guru. Ia juga membutuhkan strategi untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bahkan strategi ini harus dipilih sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, pemilihan tersebut tidak dapat dilakukan denga asal. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, agar tujuan belajar mengajar dapat dicapai dengan optimal. Strategi memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang strategi belajar mengajar Qur’an Hadits.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian strategi belajar mengajar Qur’an Hadits?
2.      Bagaimana cara memilih strategi belajar mengajar Qur’an Hadits?
3.      Apa macam-macam dari strategi belajar mengajar Qur’an Hadits?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Strategi Belajar Mengajar Qur’an Hadits
Pembelajaran adalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan (belajar dan mengajar) yang searah, yakni diarahkan pada pencapaian tujuan (penguasaan sejumlah kompetensi). Kembali kepada Borich, persoalan yang perlu dicermati adalah bagaimana agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal sehingga tujuan yang diharapkan dapat dicapai.[1] Persoalan ini terkait erat dengan strategi pembelajaran, karena terjadinya kegiatan belajar yang optimal membutuhkan upaya-upayau strategis dan sistematis.
Strategi berasal dari kata strategos (Yunani) yang artinya memberdayakan semua unsur; seperti perencanaan, cara dan tehnik dalam upaya mencapai sasaran.[2] Andi Hakim Nasution (1998: 234) menyatakan bahwa suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip peterlaksanaan dipengaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi, penyaji materi, pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.[3]
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajran sebagaimana dikemukakan oleh para ahi pembelajran di antaranya akan dipaparkan sebagai berikiut:
·      Kozma dan Gafur secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
·      Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cita-cita yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dlam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi tersebut meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.[4]
·      Menurut Dimyati dan Mudjiono strategi pembelajaran dimaknai sebagai ‘kegiatan guru dalam memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional, dimana untuk itu guru perlu menggunakan siasat tertentu.[5]
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, selanjutnya dikemukakan pengertian tentang strategi belajar mengajar Qur’an hadits merupaka cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran Qur’an Hadits, sehinga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai di akhir kegiatan belajar.

B.     Cara Memilih Stategi Belajar Mengajar Qur’an Hadits
Pemilihan strategi belajar  mengajar pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami oeh setiap guru, mengingat proses belajar mengajar merupakan proses komuniksi multiarah antar siswa, guru, dan lingkungan belajar. Pemilihan strategi belajar mengajar yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.[6] Jenis materi Qur’an Hadits memilki ranah afektif yang lebih dominan, sehingga ketika pengajaran materi ini tanpa menyentuh ranah afektif dapat dipastikan tujuan pembelajaran tidak dicapai dengan optimal. Terdapat berbagai metode dan tehnik pembelajaran yang akan digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan aktivitas guru dalam memilih strategi.
Pemilihan strategi pada umumnya bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan; dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan. Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin digunakan.[7]
Pemilihan strategi dapat dilakukan dengan memperhatikan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.      Apakah materi pelajaran paling baik disampaikan secra klasikal (serentak bersama-sama dalam satu waktu)?
2.      Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan laju dan kecepatan belajar masing-masing?
3.      Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktik langsung dalamkelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.      Apakah diperlukan diskusi atau konsutasi secra individual antara guru dan siswa?[8]
Perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Penetapan Kondisi/ Prasyarat untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran (Perincian Berbagai Tingkah Laku Keterampilan)
Penetapann Pendekatan untuk Mencapai Berbagai Tingkah Laku/Keterampilan
Sedangkan Gerlach dan Ely menjelaskan pola umum pemilihan strategi belajar mengajar yang akan digambarkan melalui bagan berikut:[9]
 
C.      
D.     


Pemilihan strategi belajar mengajar yang tepat sangat penting. Artinya, bagaimana guru dapat memilih kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikkan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Namun perlu diingat bahwa tidak satupun strategi belajar mengajar yang paling sesuai untuk semua situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan stategi belajar mengajar, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkannya.
C.    Macam-Macam Strategi Belajar Mengajar Qur’an Hadits
Beberapa macam strategi belajar mengajar Qur’an Hadits yaitu sebagai berikut:
1.      Strategi Pembelajaran Langsung
Strategi ini menempatkan guru sebagai sumber belajar, dan cukup efektif digunakan untuk menyampaikan informasi dan membentuk keterampilan secara langkah demi langkah. Strategi ini umumnya digunakan untuk memperkenalkan strategi lain pada awal pembelajaran.[10] Contoh: ceramah, demontrasi.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajran langsung biasanya bersifat deduktif.[11]
Pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktifitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan[12] tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang berstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah lebih maju. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan-pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang seerhana sampai yang lebih kompleks.[13]
Adapun ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah:
1.      Adanya tujuan pembelajaran
2.      Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran[14]
3.      Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran.
Secara umum, setiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan dan kekurangan. Seperti halnya pada model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan,yaitu sebagai berikut:
a.       Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa.
b.      Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.[15]
c.       Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berpresentasi rendah.
d.      Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
e.       Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demokrasi) dapat memberi tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi.
f.       Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.


     Adapun kekurangannya sebagai berikut:
a.       Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar atau ketertarikan siswa.
b.      Siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif.
c.       Kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada guru.[16]
d.      Bergantung pada komunikasi guru.
e.       Jika pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatiannya ke guru.[17]

2.      Strategi Pembelajaran Tidak Langsung
Pembelajaran tidak langsung ini berpusat pada peserta didik, dimana siswa katif membangun pengetauan dan guru bertindak sebgai fasilitator. Strategi ini memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam mengamati, menyelidiki, membuat penjelasan berdasarkan data, membuat hipotesis dan sebagainya.[18] Pada umumnya peserta didik yang belajar secra aktif akan memiliki pemahaman dan ide yang lebih baik, serta mampu mengembangkan pemahaman tersebut.
Peran guru dalam pembelajaran tidak langsung adalah mengatur lingkungan belajar, memberi kesempatan pada peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran. Sumber belajar pada umumnya berupa bahan cetak, informasi noncetak (misal; internet), dan narasumber.[19] Contoh: problem solving.
Strategi pembelajaran tidak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecaha masalah, pengambilan keputusan,dan penemuan. Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi bedasarkan data atau pembentukan hipotesis.[20]
Lang dan Evans berpendapat bahwa pembelajaran tidak langsung akan lebih bermakna bagi siswa karena berparan langsung dalam memperoleh dan menemukan pengetahuannya sendiri melalui akrtivitas pembelajaran.[21] Selanjutnya. Lang dan Evans  menjelaskna model-model pembelajaran yang masuk pada ruang lingkup dan memiliki kedekatan makna dan pengertian dengan pembelajaran tidak langsung adalah seperti: 1) inkuiri, 2)induktif, 3) pemecahan masalah, 4)action research, 5)pengambilan keputusan, 6) penemuan, 7) investigasi, 8) eksplorasi, dan 9) eksperimen.
Adapun strategi dalam pembelajaran tidak langsung adalah sebagai berikut:
a.       Pembelajaran tidak langsung memperhatikan keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan hipotesis.
b.      Peran guru beralih dari pencerahan menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal.
c.       Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan inkuiri.
d.      Strategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan penggunaan bahan cetak, mencetak dan sumber-sumber manusia.[22]
Karakteristik pembelajaran tidak langsung menurut Suryadi dapat dilihat dari 3 hal, yaitu: 1) sajian bahan ajar, 2) pola interaksi kelas, dan 3) model intervensi yang dilakukan guru.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome, sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.[23]


3.      Strategi Pembelajaran Interaktif
Strategi pembelajaran interaktif mengutamakan aktivitas diskusi sesama peserta didik. Seaman dan Fellenz menjelaskan bahwa  discussion and sharing provide learners with opportunitties to react to the ideas, experience, insight, and knoeledge of the teacher or of peer leaners and to generate alternative ways of thinking and feelings. Diskusi saling berbagi informasi memungkinkan peserta didik memberikan reaksi terhadap ide, pengalaman, opini dan pengetahuan teman sejawat atau narasumber. Peserta didik dapat belajar mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk mengorganisasikan pikiran serta mengembangkan alasan yang masuk akal (rasional).[24] Hal yang perlu dilakukan guru adalah memberiakan topik diskusi atau tugas, menentukan waktu diskusi, menentukan jumlah dan komposisi peserta didik dalam kelompok dan menjelaskan tehnik pelaporan.[25] Contoh: debat, latihan sejawat, diskusi.
Strategi pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, dimana guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi yang edukatif, yang interaktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar.[26]
Margaretha berpendapat bahwa pembelajaran interaktif menitik beratkan pada pernyataan siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara menggali pertanyaan-pertanyaan siswa. Pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana belajar mengajar berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya melalui penyelidikan terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.[27]
Menurut Suparman dan Tarhuri, pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Adanya variasi kegiatan klasikal, kelompok, dan perseorangan
b.      Keterlibatan mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi
c.       Guru berperan sebagai fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang demokratis
d.      Menerapkan pola komunikasi banyak arah
e.       Suasana kelas yang fleksibel, demokratis, menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan
f.       Potensi dapat menghasilkan dampak pengiring lebih efektif
g.      Dapat digunakan di dalam maupun diluar kelas.[28]
Dalam pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut balen, pengembangkan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial dan keterampilan praktis.[29]
Kelebihan dari strategi ini antara lain: 1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, 2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Adapun kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengenbangkan dinamika kelompok.[30]

4.      Strategi Pembelajaran Empirik
Belajar secara eksperensial atau pengalaman merupakan pembelajarn induktif, berpusat pada peserta didik, dan berorientasi pada aktivitas. Pembelajaran ini fokus pada proses belajar, bukan pada hasil belajar. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah membatasi jenis pengalaman yang harus dilakukan siswa sehingga cukup aman untuk dilakukan, tidak membutuhkan biaya yang besar, cukup waktu pelaksanaannya.[31] Contoh: simulasi, bermain peran, pengamatan lapangan, survei.
Eksperiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Dalam hal ini, eksperiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.[32]
Mahfudin menyimpulkan bahwa eksperiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk mempengaruhi murid dengan tiga cara, yaitu:[33]
a.       Mengubah stuktur kognitif murid
b.      Mengubah sikap murid
c.       Memperluas keterampilan-keterapilan murid yang telah ada.
Ketiga elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan dan tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak efektif.[34]

5.      Strategi Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi untuk mengembangkan inisiatif peserta didik secra individual, rasa percaya diri, dan pengembangan diri peserta didik. Belajar mandiri dapat dimulai oleh peserta didik atau dengan bantuan guru, dimana guru memandu danmemantau perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didikk secra mandiri. Strategi ini dapat digunkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan, melakukan refleksi, dan melakukan tindakan yang bermanfaat.[35]
Kemandirian peserta didik merupakan faktor penting dalam proses belajar mandiri. Sumber belajar yang sesuai merupakan faktor penting lainnya dalam strategi ini. Guru harus mempersipakan atau memfasilitasi penggunaan sumber belajar atau bahan ajar mandiri, serta membantu peserta didik untuk dapat menggunakan bahan belajar tersebut.[36] Contoh: metode proyek penelitian.
Pembelajran mandiri merupakan strategi pembelajran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian dan meningkatkan diri. Fokusnya adalah padaperencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.[37]
Pembelajaran mandiri dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pengajaran klasikal, terutama dengan maksud memberi kesempatan kepada sisiwa untuk maju sesuai dengan kecepatan masing-masing “memaksa” siswa untuk belajar lebih aktif, bila dalam pengajaran individual digunakan paket bekajar (modul atau berprogam), dan untuk mengatasi kesulitan mengajar bagi guru yang kurang kompeten.[38]
Komponen-komponen sistem belajar mandiri meliputifalsafah dan teori, kebutuhan, organisasi peserta, progran, roduksi, penyebaran, pemanfaatan, organisasi, tenaga, sarana, prasarana, bantuan dan pengawasan, kegiatan belajar, dan penilaian atau penelitian. Semua komponen ini saling berkaitan dan terintegrasi dalam suatu kesatuan. Secara operasional pengertian sistem belajar mandiri dengan segala komponennya ini lebih merupakan suatu pola konseptual  dan tindakan. [39]
ANALISA
Strategi merupakan bagian dari komponen dalam belajar mengajar, sehingga mempunyai peran yang signifikan dalam penentuan keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan. Tidak semua strategi cocok diterapkan ada semua kegiatan belajar mengajar. Guru perlu untuk melakukan pemilihan strategi sebelum menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan tersebut tidak dapat dilakukan dengan asal, karena akan berpengaruh pada kelangsungan proses belajar mengajar.
Strategi harus bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan; dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan. Namun perlu diingat bahwa tidak satupun strategi belajar mengajar yang paling sesuai untuk semua situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan stategi belajar mengajar, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkannya.
Guru mata pelajaran Qur’an Hadits sebelum menentukan strategi harus memahami tujuan dari kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan. Hal yang sering luput dari perhatian yaitu bahwa Qu’ran Hadits merupakan jenis materi yang dominan akan aspek afektif. Sehingga ranah afektif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sini juga perlu diolah, tidak sekedar pada kognitif siswa. Guru yang profesional selain harus mampu memahami tujuan belajar mengajar, jenis materi, dan karakteristik individu siswa, ia juga harus mampu menggunakan strategi tersebut secara efektif dan efisien.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Strategi belajar mengajar Qur’an hadits merupaka cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran Qur’an Hadits, sehinga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai di akhir kegiatan belajar.
2.      Strategi harus bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan; dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
3.      Macam-macam strategi belajar mengajar yaitu (a) strategi pembelajaran langsung; (b) strategi pembelajaran tidak langsung; (c) strategi pembelajaran interaktif; (d) strategi pembelajaran  empirik; dan (e) strategi pembelajaran mandiri

B.     Penutup
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami senantiasa mengharapkan kontribusi konstruktif dari para pembaca dalam bentuk saran maupun kritik yang konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA
Efferi, Adri. Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadits Mts-MA. Kudus: STAIN Kudus. 2009.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakaraya. 2012.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohammad. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013.



[1] Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakaraya, 2012), hlm. 127.
[2] Ibid.
[3] Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadits Mts-MA, (Kudus: STAIN Kudus, 2009), hlm. 25.
[4] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 4-5.
[5]Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, hlm. 127.
[6] Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan ..., hlm. 26.
[7] Ibid., hlm. 4.  
[8] Ibid., hlm. 27.
[9] Ibid., hlm. 28.
[10] Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), hlm. 148.
[11] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013), hlm.73.

[12] Ibid., hlm. 72.
[13] Ibid., hlm. 73.
[14] Ibid.
[15] Ibid., hlm. 74.
[16] Ibid., hlm. 75.
[17] Ibid., hlm. 76.
[18] Ibid.
[19] Ibid., hlm. 149.
[20] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 79.
[21] Ibid., hlm. 81.
[22] Ibid., hlm. 82.
[23] Ibid., hlm. 83.
[24] Ibid.
[25] Ibid., hlm.150.
[26] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 84.
[27] Ibid.
[28] Ibid., hlm. 85.
[29] Ibid., hlm. 86.
[30] Ibid., hlm. 92.
[31] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,, hlm.154.
[32] Ibid.
[33] Ibid.
[34] Ibid.
[35] Ibid., hlm.154.
[36] Ibid.
[37] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 102
[38] Ibid
[39] Ibid., hlm. 103.

No comments:

Post a Comment