BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satunya meliputi mata pelajaran
Qur’an Hadits. Dimana al-Qur’an dan hadits merupakan pedoman hidup bagi seluruh
umat Islam dan dua perkara yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad setelah beliau
wafat. Jadi sudah semestinya keberadaan mata pelajaran tersebut dalam
pendidikan Islam. Sehingga pendidikan Islam mampu mencetak generasi Islam yang
berbasis nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadits.
Dalam proses belajar mengajar Qur’an Hadits tidak hanya materi yang
dibutuhkan guru. Ia juga membutuhkan strategi untuk menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar, bahkan strategi ini harus dipilih sebelum pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, pemilihan tersebut tidak dapat dilakukan denga asal.
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan, agar tujuan belajar mengajar dapat
dicapai dengan optimal. Strategi memiliki peran penting dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang
strategi belajar mengajar Qur’an Hadits.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pemaparan di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian strategi belajar mengajar Qur’an Hadits?
2.
Bagaimana
cara memilih strategi belajar mengajar Qur’an Hadits?
3.
Apa
macam-macam dari strategi belajar mengajar Qur’an Hadits?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Belajar Mengajar Qur’an Hadits
Pembelajaran adalah suatu konsepsi dari dua dimensi kegiatan
(belajar dan mengajar) yang searah, yakni diarahkan pada pencapaian tujuan
(penguasaan sejumlah kompetensi). Kembali kepada Borich, persoalan yang perlu dicermati
adalah bagaimana agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal sehingga
tujuan yang diharapkan dapat dicapai.[1]
Persoalan ini terkait erat dengan strategi pembelajaran, karena terjadinya
kegiatan belajar yang optimal membutuhkan upaya-upayau strategis dan
sistematis.
Strategi berasal dari kata strategos (Yunani) yang artinya
memberdayakan semua unsur; seperti perencanaan, cara dan tehnik dalam upaya
mencapai sasaran.[2]
Andi Hakim Nasution (1998: 234) menyatakan bahwa suatu pengajaran yang berkaitan
dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip peterlaksanaan dipengaruhi oleh
empat komponen pokok yaitu pembawa materi, penyaji materi, pendekatan dan
penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi
belajar mengajar.[3]
Terdapat berbagai pendapat tentang strategi pembelajran sebagaimana
dikemukakan oleh para ahi pembelajran di antaranya akan dipaparkan sebagai
berikiut:
· Kozma dan Gafur secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya
tujuan pembelajaran tertentu.
· Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cita-cita yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dlam lingkungan
pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi
tersebut meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.[4]
· Menurut Dimyati dan Mudjiono strategi pembelajaran dimaknai sebagai
‘kegiatan guru dalam memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsistensi antara
aspek-aspek komponen pembentuk sistem instruksional, dimana untuk itu guru
perlu menggunakan siasat tertentu.[5]
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, selanjutnya dikemukakan pengertian
tentang strategi belajar mengajar Qur’an hadits merupaka cara-cara yang akan
dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi
pembelajaran Qur’an Hadits, sehinga akan memudahkan peserta didik mencapai
tujuan yang dikuasai di akhir kegiatan belajar.
B.
Cara Memilih Stategi Belajar Mengajar Qur’an Hadits
Pemilihan strategi belajar
mengajar pada dasarnya merupakan salah satu hal penting yang harus
dipahami oeh setiap guru, mengingat proses belajar mengajar merupakan proses
komuniksi multiarah antar siswa, guru, dan lingkungan belajar. Pemilihan
strategi belajar mengajar yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar
harus berorientasi pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu, harus
disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik peserta didik serta situasi dan
kondisi dimana proses pembelajaran tersebut akan berlangsung.[6] Jenis
materi Qur’an Hadits memilki ranah afektif yang lebih dominan, sehingga ketika
pengajaran materi ini tanpa menyentuh ranah afektif dapat dipastikan tujuan
pembelajaran tidak dicapai dengan optimal. Terdapat berbagai metode dan tehnik
pembelajaran yang akan digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama
efektifnya mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu dibutuhkan aktivitas guru
dalam memilih strategi.
Pemilihan strategi pada umumnya bertolak dari (a) rumusan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan; (b) analisis kebutuhan dan karakteristik
peserta didik yang dihasilkan; dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan
dikomunikasikan. Ketiga elemen yang dimaksud, selanjutnya disesuaikan dengan
media pembelajaran atau sumber belajar yang tersedia dan mungkin digunakan.[7]
Pemilihan strategi dapat dilakukan dengan memperhatikan
pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.
Apakah
materi pelajaran paling baik disampaikan secra klasikal (serentak bersama-sama
dalam satu waktu)?
2.
Apakah
materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai
dengan laju dan kecepatan belajar masing-masing?
3.
Apakah
pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktik
langsung dalamkelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru?
4.
Apakah
diperlukan diskusi atau konsutasi secra individual antara guru dan siswa?[8]
Perumusan
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
|
Penetapan
Kondisi/ Prasyarat untuk Mencapai Tujuan Pembelajaran (Perincian Berbagai
Tingkah Laku Keterampilan)
|
Penetapann
Pendekatan untuk Mencapai Berbagai Tingkah Laku/Keterampilan
|
C.
D.
Pemilihan strategi belajar mengajar yang tepat sangat penting.
Artinya, bagaimana guru dapat memilih kegiatan belajar mengajar yang paling
efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang
dapat memberikkan fasilitas kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
Namun perlu diingat bahwa tidak satupun strategi belajar mengajar yang paling
sesuai untuk semua situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai sama. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru
dalam memilih dan menggunakan stategi belajar mengajar, yaitu yang disusun
berdasarkan karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkannya.
C.
Macam-Macam Strategi Belajar Mengajar Qur’an Hadits
Beberapa macam strategi belajar mengajar Qur’an Hadits yaitu sebagai
berikut:
1.
Strategi
Pembelajaran Langsung
Strategi ini menempatkan guru sebagai sumber belajar, dan cukup
efektif digunakan untuk menyampaikan informasi dan membentuk keterampilan
secara langkah demi langkah. Strategi ini umumnya digunakan untuk
memperkenalkan strategi lain pada awal pembelajaran.[10] Contoh:
ceramah, demontrasi.
Strategi
pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru.
Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan
tahap demi tahap. Pembelajran langsung biasanya bersifat deduktif.[11]
Pembelajaran
langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktifitas belajar siswa yang
berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan[12]
tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) dan pengetahuan deklaratif (pengetahuan
tentang sesuatu yang dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi)
yang berstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah
lebih maju. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan-pelatihan yang
dapat diterapkan dari keadaan nyata yang seerhana sampai yang lebih kompleks.[13]
Adapun
ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah:
1.
Adanya tujuan
pembelajaran
2.
Sintaks atau
pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran[14]
3.
Sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan berhasilnya
pembelajaran.
Secara umum, setiap
model pembelajaran tentu terdapat kelebihan dan kekurangan. Seperti halnya pada
model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan,yaitu sebagai
berikut:
a.
Guru dapat
mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa.
b.
Dapat diterapkan
secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.[15]
c.
Merupakan cara
yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang
eksplisit kepada siswa yang berpresentasi rendah.
d.
Menekankan
kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok
belajar dengan cara-cara ini.
e.
Model
pembelajaran langsung (terutama kegiatan demokrasi) dapat memberi tantangan
untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi.
f.
Siswa yang tidak
dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model
pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Adapun kekurangannya sebagai berikut:
a.
Sulit untuk
mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran
dan pemahaman, gaya belajar atau ketertarikan siswa.
b.
Siswa hanya
memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif.
c.
Kesuksesan
strategi pembelajaran ini bergantung pada guru.[16]
d.
Bergantung pada
komunikasi guru.
e.
Jika
pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan
perhatiannya ke guru.[17]
2.
Strategi
Pembelajaran Tidak Langsung
Pembelajaran tidak langsung ini berpusat pada peserta didik, dimana
siswa katif membangun pengetauan dan guru bertindak sebgai fasilitator.
Strategi ini memungkinkan peserta didik untuk terlibat dalam mengamati,
menyelidiki, membuat penjelasan berdasarkan data, membuat hipotesis dan
sebagainya.[18]
Pada umumnya peserta didik yang belajar secra aktif akan memiliki pemahaman dan
ide yang lebih baik, serta mampu mengembangkan pemahaman tersebut.
Peran guru dalam pembelajaran tidak langsung adalah mengatur
lingkungan belajar, memberi kesempatan pada peserta didik untuk terlibat dalam
pembelajaran. Sumber belajar pada umumnya berupa bahan cetak, informasi
noncetak (misal; internet), dan narasumber.[19] Contoh:
problem solving.
Strategi
pembelajaran tidak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecaha masalah,
pengambilan keputusan,dan penemuan. Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan
bentuk keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi, penyelidikan,
penggambaran inferensi bedasarkan data atau pembentukan hipotesis.[20]
Lang
dan Evans berpendapat bahwa pembelajaran tidak langsung akan lebih bermakna
bagi siswa karena berparan langsung dalam memperoleh dan menemukan
pengetahuannya sendiri melalui akrtivitas pembelajaran.[21]
Selanjutnya. Lang dan Evans menjelaskna
model-model pembelajaran yang masuk pada ruang lingkup dan memiliki kedekatan
makna dan pengertian dengan pembelajaran tidak langsung adalah seperti: 1)
inkuiri, 2)induktif, 3) pemecahan masalah, 4)action research, 5)pengambilan keputusan, 6) penemuan, 7)
investigasi, 8) eksplorasi, dan 9) eksperimen.
Adapun
strategi dalam pembelajaran tidak langsung adalah sebagai berikut:
a.
Pembelajaran
tidak langsung memperhatikan keterlibatan tinggi siswa dalam melakukan observasi,
penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan data, atau pembentukan
hipotesis.
b.
Peran guru
beralih dari pencerahan menjadi fasilitator, pendukung, dan sumber personal.
c.
Guru merancang
lingkungan belajar, memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat, dan jika
memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika mereka melakukan
inkuiri.
d.
Strategi
pembelajaran tidak langsung mensyaratkan penggunaan bahan cetak, mencetak dan
sumber-sumber manusia.[22]
Karakteristik
pembelajaran tidak langsung menurut Suryadi dapat dilihat dari 3 hal, yaitu: 1)
sajian bahan ajar, 2) pola interaksi kelas, dan 3) model intervensi yang
dilakukan guru.
Sedangkan
kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome, sulit diprediksi. Strategi
pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi
dengan cepat.[23]
3.
Strategi
Pembelajaran Interaktif
Strategi pembelajaran interaktif mengutamakan aktivitas diskusi
sesama peserta didik. Seaman dan Fellenz menjelaskan bahwa discussion and sharing provide learners with
opportunitties to react to the ideas, experience, insight, and knoeledge of the
teacher or of peer leaners and to generate alternative ways of thinking and
feelings. Diskusi saling berbagi informasi
memungkinkan peserta didik memberikan reaksi terhadap ide, pengalaman, opini
dan pengetahuan teman sejawat atau narasumber. Peserta didik dapat belajar
mengembangkan keterampilan sosial dan kemampuan untuk mengorganisasikan pikiran
serta mengembangkan alasan yang masuk akal (rasional).[24]
Hal yang perlu dilakukan guru adalah memberiakan topik diskusi atau tugas,
menentukan waktu diskusi, menentukan jumlah dan komposisi peserta didik dalam
kelompok dan menjelaskan tehnik pelaporan.[25] Contoh:
debat, latihan sejawat, diskusi.
Strategi
pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang
digunakan guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, dimana guru menjadi
pemeran utama dalam menciptakan situasi yang edukatif, yang interaktif antara
guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam
menunjang tercapainya tujuan belajar.[26]
Margaretha
berpendapat bahwa pembelajaran interaktif menitik beratkan pada pernyataan
siswa sebagai ciri sentralnya dengan cara menggali pertanyaan-pertanyaan siswa.
Pembelajaran interaktif dirancang untuk menjadikan suasana belajar mengajar
berpusat pada siswa agar aktif membangun pengetahuannya melalui penyelidikan
terhadap pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.[27]
Menurut
Suparman dan Tarhuri, pembelajaran interaktif memiliki karakteristik sebagai
berikut:
a.
Adanya variasi
kegiatan klasikal, kelompok, dan perseorangan
b.
Keterlibatan
mental (pikiran, perasaan) siswa tinggi
c.
Guru berperan
sebagai fasilitator, narasumber, dan manajer kelas yang demokratis
d.
Menerapkan pola
komunikasi banyak arah
e.
Suasana kelas
yang fleksibel, demokratis, menantang, dan tetap terkendali oleh tujuan
f.
Potensi dapat
menghasilkan dampak pengiring lebih efektif
g.
Dapat digunakan
di dalam maupun diluar kelas.[28]
Dalam
pembelajaran interaktif, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara
mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan
keterampilan. Menurut balen, pengembangkan keterampilan yang harus dimiliki
siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial dan keterampilan
praktis.[29]
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun
keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan, 2) mengorganisasikan pemikiran dan
membangun argumen yang rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan
untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Adapun
kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam
menyusun dan mengenbangkan dinamika kelompok.[30]
4.
Strategi
Pembelajaran Empirik
Belajar secara eksperensial atau pengalaman merupakan pembelajarn
induktif, berpusat pada peserta didik, dan berorientasi pada aktivitas.
Pembelajaran ini fokus pada proses belajar, bukan pada hasil belajar. Kondisi
yang perlu diperhatikan adalah membatasi jenis pengalaman yang harus dilakukan
siswa sehingga cukup aman untuk dilakukan, tidak membutuhkan biaya yang besar,
cukup waktu pelaksanaannya.[31] Contoh:
simulasi, bermain peran, pengamatan lapangan, survei.
Eksperiential learning
adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk
membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung.
Dalam hal ini, eksperiential learning menggunakan
pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan
kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.[32]
Mahfudin
menyimpulkan bahwa eksperiential learning
dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna meningkatkan
keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Tujuan dari model ini adalah untuk
mempengaruhi murid dengan tiga cara, yaitu:[33]
a.
Mengubah stuktur
kognitif murid
b.
Mengubah sikap
murid
c.
Memperluas
keterampilan-keterapilan murid yang telah ada.
Ketiga
elemen tersebut saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan dan
tidak terpisah-pisah, karena apabila salah satu elemen tidak ada, maka kedua
elemen lainnya tidak efektif.[34]
5.
Strategi
Pembelajaran Mandiri
Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi untuk
mengembangkan inisiatif peserta didik secra individual, rasa percaya diri, dan
pengembangan diri peserta didik. Belajar mandiri dapat dimulai oleh peserta
didik atau dengan bantuan guru, dimana guru memandu danmemantau perkembangan
belajar yang dilakukan oleh peserta didikk secra mandiri. Strategi ini dapat
digunkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membuat keputusan
yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan, melakukan refleksi, dan
melakukan tindakan yang bermanfaat.[35]
Kemandirian peserta didik merupakan faktor penting dalam proses
belajar mandiri. Sumber belajar yang sesuai merupakan faktor penting lainnya
dalam strategi ini. Guru harus mempersipakan atau memfasilitasi penggunaan
sumber belajar atau bahan ajar mandiri, serta membantu peserta didik untuk
dapat menggunakan bahan belajar tersebut.[36] Contoh:
metode proyek penelitian.
Pembelajran
mandiri merupakan strategi pembelajran yang bertujuan untuk membangun inisiatif
individu, kemandirian dan meningkatkan diri. Fokusnya adalah padaperencanaan
belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga
dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok kecil.[37]
Pembelajaran mandiri
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pengajaran klasikal, terutama dengan
maksud memberi kesempatan kepada sisiwa untuk maju sesuai dengan kecepatan
masing-masing “memaksa” siswa untuk belajar lebih aktif, bila dalam pengajaran
individual digunakan paket bekajar (modul atau berprogam), dan untuk mengatasi
kesulitan mengajar bagi guru yang kurang kompeten.[38]
Komponen-komponen
sistem belajar mandiri meliputifalsafah dan teori, kebutuhan, organisasi
peserta, progran, roduksi, penyebaran, pemanfaatan, organisasi, tenaga, sarana,
prasarana, bantuan dan pengawasan, kegiatan belajar, dan penilaian atau
penelitian. Semua komponen ini saling berkaitan dan terintegrasi dalam suatu
kesatuan. Secara operasional pengertian sistem belajar mandiri dengan segala
komponennya ini lebih merupakan suatu pola konseptual dan tindakan. [39]
ANALISA
Strategi merupakan bagian dari komponen dalam belajar mengajar,
sehingga mempunyai peran yang signifikan dalam penentuan keberhasilan proses
belajar mengajar yang dilakukan. Tidak semua strategi cocok diterapkan ada
semua kegiatan belajar mengajar. Guru perlu untuk melakukan pemilihan strategi
sebelum menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar. Pemilihan tersebut tidak
dapat dilakukan dengan asal, karena akan berpengaruh pada kelangsungan proses
belajar mengajar.
Strategi harus bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan; (b) analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang
dihasilkan; dan (c) jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan. Namun
perlu diingat bahwa tidak satupun strategi belajar mengajar yang paling sesuai
untuk semua situasi dan kondisi yang berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai sama. Artinya, dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam
memilih dan menggunakan stategi belajar mengajar, yaitu yang disusun
berdasarkan karakteristik peserta didik dan sesuai kondisi yang diharapkannya.
Guru mata pelajaran Qur’an Hadits sebelum menentukan strategi harus
memahami tujuan dari kegiatan belajar mengajar yang telah ditentukan. Hal yang
sering luput dari perhatian yaitu bahwa Qu’ran Hadits merupakan jenis materi
yang dominan akan aspek afektif. Sehingga ranah afektif siswa dalam kegiatan
belajar mengajar di sini juga perlu diolah, tidak sekedar pada kognitif siswa. Guru
yang profesional selain harus mampu memahami tujuan belajar mengajar, jenis
materi, dan karakteristik individu siswa, ia juga harus mampu menggunakan
strategi tersebut secara efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Strategi
belajar mengajar Qur’an hadits merupaka cara-cara yang akan dipilih dan
digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran Qur’an
Hadits, sehinga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan yang dikuasai di
akhir kegiatan belajar.
2.
Strategi
harus bertolak dari (a) rumusan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (b)
analisis kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihasilkan; dan (c)
jenis materi pembelajaran yang akan dikomunikasikan.
3.
Macam-macam
strategi belajar mengajar yaitu (a) strategi pembelajaran langsung; (b)
strategi pembelajaran tidak langsung; (c) strategi pembelajaran interaktif; (d)
strategi pembelajaran empirik; dan (e)
strategi pembelajaran mandiri
B.
Penutup
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami senantiasa mengharapkan kontribusi
konstruktif dari para pembaca dalam bentuk saran maupun kritik yang konstruktif
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Efferi, Adri. Materi dan Pembelajaran Qur’an Hadits Mts-MA.
Kudus: STAIN Kudus. 2009.
Majid, Abdul. Strategi
Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Sani, Ridwan Abdullah. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara. 2013.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. Komunikasi Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakaraya. 2012.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohammad. Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013.
[1] Didi Supriadie
dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakaraya, 2012), hlm. 127.
[2] Ibid.
[3] Adri Efferi, Materi
dan Pembelajaran Qur’an Hadits Mts-MA, (Kudus: STAIN Kudus, 2009), hlm. 25.
[4] Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013), hlm. 4-5.
[5]Didi Supriadie
dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, hlm. 127.
[6] Hamzah B. Uno
dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan Pendekatan ..., hlm. 26.
[7] Ibid.,
hlm. 4.
[8] Ibid.,
hlm. 27.
[9] Ibid.,
hlm. 28.
[10] Ridwan
Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013),
hlm. 148.
[11] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya,2013), hlm.73.
[12] Ibid., hlm. 72.
[13] Ibid., hlm. 73.
[14] Ibid.
[15] Ibid., hlm. 74.
[16] Ibid., hlm. 75.
[17] Ibid., hlm. 76.
[18] Ibid.
[19] Ibid.,
hlm. 149.
[20] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 79.
[21] Ibid., hlm. 81.
[22] Ibid., hlm. 82.
[23] Ibid., hlm. 83.
[24] Ibid.
[25] Ibid.,
hlm.150.
[26] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 84.
[27] Ibid.
[28] Ibid.,
hlm. 85.
[29] Ibid., hlm. 86.
[30] Ibid., hlm. 92.
[31] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran,, hlm.154.
[32] Ibid.
[33] Ibid.
[34] Ibid.
[35] Ibid.,
hlm.154.
[36] Ibid.
[37] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 102
[38] Ibid
[39] Ibid., hlm. 103.
No comments:
Post a Comment