Bahasa Inggris
memilik peranan yang penting dalam upaya untuk berkomunikasi dan sebagai
penjembatan dengan dunia luar. Dalam kaitannya dengan bidang pendidikan dasar,
bahasa Inggris memiliki peranan yang strategis. Untuk menentukan keberhasilan
pendidikan maka mutu belajar dan mengajar harus ditingkatkan. Pembelajaran
bahasa Inggris yang baik dan benar harus didukung oleh sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan kata lain peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat
berdampak positif terhadap peningkatan pembelajaran bahasa Inggris. Untuk itu,
perlu dikembangkan berbagai pilihan model pembelajaran yang mampu meningkatkan
motivasi dan minat berbahasa Inggris.
Saat ini
pembelajaran bahasa Inggris dirasa perlu dan penting di mulai usia dini,
mengingat penting dan perannya, maka mutu pembelajarannya harus ditingkatkan.
Model-model pembelajaran bahasa Inggris yang dapat meningkatkan keterampilan
bahasa anak usia dini sangat perlu untuk dibuat dan diteliti. Jika sejak usia
dini dibekali kemampuan bahasa Inggris yang baik dan benar, dapat dipastikan
kemampuannya tersebut akan terpakai di jenjang pendidikan selanjutnya. Terutama
di era globalisasi ini dimana bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa
komunikasi internasional dan menuntut setiap individu untuk dapat berbahasa
Inggris baik dan benar secara lisan dan tulisan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan komunikasi.
Anak- anak usia dini pada umumnya tidak dapat berbicara
secara fasih dikarenakan tidak dirancang untuk dibangun rasa kepercayaan diri
sehingga mengalami kesulitan untuk berbahasa Inggris secara alami. Pondasi
terpenting dalam berbahasa Inggris adalah membaca, menulis, mendengar,
berbicara, tata bahasa dan kosakata. Untuk dapat bersaing dengan negara-negara
lain, kualitas berbahasa Inggris yang baik dan benar harus terus diupayakan
untuk ditingkatkan, terutama di mulai sejak dini. Untuk itu proses pembelajaran
menjadi suatu hal yang sangat penting demi terciptanya pembelajaran yang
efektif dan tepat sesuai Peraturan Pemerintah Tentang Standar Nasional
Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 yang mengatakan: ‘bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik’.
Dari
uraian di atas kita dapat menyimpulkan seberapa pentingnya bahasa Inggris dan
hendaknya sudah diperkenalkan pada anak-anak di usia dini, sehingga dengan
sedemikian rupa ada ketertarikan dari anak-anak untuk belajar mengeksplorasi
kemampuan sendiri dalam menggunakan bahasa sebagai media perantara. Saat
ini Kebijakan Pemerintah dalam hal peningkatan kemampuan berbahasa Inggris
lebih difokuskan ke anak-anak sekolah dasar. Untuk itu diterbitkan SK Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang
dimungkinkannya program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal SD,
dan dapat dimulai pada kelas 4 SD. Sekolah dalam hal ini mempunyai kewenangan
mengenai mata pelajaran bahasa Inggris untuk dimasukkan sebagai salah satu
muatan lokal yang diajarkan di sekolah dasar berdasarkan pertimbangan dan
kebutuhan situasi dan kondisi baik dari orang tua maupun lingkungan masyarakat
itu sendiri. Namun untuk pendidikan dasar, belum ada semacam
Kebijakan/Peraturan Pemerintah mengenai pembelajaran bahasa Inggris ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pembelajaran dan
Inovatif
Pembelajaran
berasal dari kata dasar “belajar” yang berarti sebuah proses, cara, perbuatan sehingga orang atau
siswa belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan. Atau belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI,
1989).[1]
Jadi kata pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar (PBM) yang
merupakan keterpaduan antar kegiatan guru sebagai pengajar dan kegiatan siswa
sebagai pelajar sehingga terjadi saling interaksi keduanya dalam situasi
instruksional yang bersifat pengajaran.
Dilihat
dari makna dan konsep pembelajaran tersebut diatas, maka model pembelajaran
merupakan sebuah model proses belajar mengajar yang meliputi pendekatan,
metode, dan teknik yang digunakan guru dalam kelas sehingga siswa mampu
memahami materi yang diajarkan. Dalam kaitan dengan
konsep pembelajaran tersebut, perlu dikemukakan mengenai konsep atau definisi
pendekatan, metode, dan teknik. Oleh karena itu, agar proses belajar mengajar
di dalam kelas berjalan dengan baik, maka diperlukan sebuah strategi
pembelajaran yang secara teknis menguraikan langkah-langkah belajar secara
teratur. Sejalan dengan konsep tersebut Dick and Carey (1978:162) mengatakan
bahwa strategi pembelajaran (instructional
strategy) menguraikan komponen umum mengenai separangkat materi dan
prosedur yang digunakan dalam menyampaikan materi untuk mendapatkan hasil
belajar siswa. Adapun Nunan menafsirkan
strategi pembelajaran sebagai proses mental yang digunakan pembelajar untuk
mempelajari dan menggunakan bahasa sasaran.[2]
Setelah
seorang anak memperoleh bahasa pertamanya, maka anak itu akan mengalami proses
pemerolehan bahasa kedua melalui apa yang disebut dengan pembelajaran bahasa.
Menurut Skinner dan pendukungnya, bahasa merupakan bagian penting dari
keseluruhan perilaku seseorang, sehingga bahasa itu menjadi perilaku verbal
manusia.[3]
Kata
inovatif berasal dari kata bahasa inggis “innovate” yang artinya memperkenalkan sesuatu yang baru sedangkan innovative berarti
bersifat memperbarui. Kemudian kata “innovate” dan “innovative” yang merupakan bahasa Indonesia dengan mengalami perubahan penulisan menjadi “inovatif” yang berarti bersifat memperkenalkan
suatu yang baru.[4]
2. Model-model Inovatif Pembelajaran Bahasa Inggris
2.1 Grammar
Translation Method
Pada
metode Grammar (the Grammar Method) siswa mempelajari kaidah-kaidah
gramatika bersama-sama dengan daftar atau kelompok-kelompok kosakata. Kata-kata
tersebut kemudian dijadikan frase atau kalimat berdasarkan kaidah yang telah
dipelajari. Pada metode ini penguasaan kaidah - kaidah lebih diutamakan
daripada penerapannya. Keterampilan lisan, seperti pelafalan, tidak dilakukan.
Metode ini mudah penerapannya karena guru tidak harus fasih berbicara bahasa
yang harus dipelajari, sedangkan evaluasi dan pengawasannya juga tidak sulit. Metode
Translation berisi kegiatan-kegiatan penerjemahan teks yang dilakukan dari
hal mudah ke hal yang sulit. Pertama dari bahasa sasaran ke bahasa ibu dan
sebaliknya. Penerjemahan teks dilakukan dengan cara penerjemahan kata per kata
maupun gagasan per gagasan termasuk ungkapan-ungkapan idiomatic.
Perpaduan dua metode tersebut di atas melahirkan metode Grammar-Translation
(the Grammar Translation Method / GTM) yang memiliki ciri-ciri:
Pengajaran dimulai dengan pemberian kaidah-kaidah
gramatika dan mengacu pada kerangka gramatika formal.
1. Kosakata
yang diajarkan bergantung pada teks yang dipilih sehingga tidak ada
kesinambungan antara kelompok atau daftar kosakata yang satu dengan yang
lainnya.
2. Penghafalan
dan penerjemahan merupakan ciri kegiatan yang menonjol, yaitu menghafal dan
menerjemahkan kosakata dan kaidah gramatika.
3. Pelafalan
tidak diajarkan atau sangat dibatasi hanya pada beberapa aspek saja.
4. Lebih
menekankan pada ketrampilan membaca dan menulis daripada menyimak dan
berbicara.
Dari
uraian di atas, GTM dapat didefinisikan sebagai metode pengajaran bahasa
melalui analisis kaidah-kaidah bahasa secara rinci dan diikuti dengan penerapan
pengetahuan tentang kaidah-kaidah tersebut untuk tujuan penerjemahan
kalimat-klimat dan teks-teks, baik dari bahasa sasaran ke bahasa ibu atau
sebaliknya.
Ø Teknik
- teknik dalam Grammar Translation
Method:
1. Translation
of a literary passage.
2. Fill-in-the-blanks.
3. Reading
comprehension questions.
4. Memorization.
5. Antonyms/Synonyms.
6. Use
words in sentences.
2.2 Direct Method
(DM)
Pengajaran langsung merupakan revisi
dari Grammar Translation Method karena metode ini dianggap tidak dapat
membuat anak dapat berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing yang sedang
dipelajari. Dalam proses pembelajaran, penerjemahan dilarang digunakan. Proses
pembelajaran dengan DM, guru menyuruh sank untuk membaca nyaring. Kemudian,
guru memberi pertanyaan dalam bahasa yang sedang dipelajari. Selama proses
pembelajaran berlangsung, objek seperti peta atau benda yang sesungguhnya bisa
dipergunakan. Guru bisa menggambar atau mendemonstrasikan.[6]
Ø Teknik-teknik
dalam Direct Method:
1. Reading aloud.
2. Question and answer exercise.
3. Getting students to
self-correct.
4. Conversation practice.
5. Fill-in-the-blanks.
7. Map drawing.
8. Paragraph writing.[7]
2.3 The Silent Way
Ahli-ahli
psikologi kognitif dan bahasa transformasi-generatif beranggapan bahwa belajar
bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka percaya bahwa pembelajar dapat
menciptakan ungkapan - ungkapan yang belum pernah didengar. Selanjutnya mereka
berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya menirukan tapi aturan-aturan
berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa yang dipelajari.
Dalam
proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi dengan
vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat
guru hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk
melafalkan sampai benar. Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam
diri, dia hanya mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran. [8]
Ø Teknik-teknik
The Silent Way:
1. Sound-Color
Chart.
2. Word Chart.
3. Teacher’s
Silence.
4. Fidel Chart.
5. Peer
Correction.
6. Structured Feedback.
7. Rods.
Ada beberapa macam metode yang biasa digunakan seorang
guru atau instruktur dalam meningkatkan kemampuan belajar peserta didiknya
seperti metode diskusi, ceramah, dan lain-lain. Salah satu metode yakni metode TPR (Total Physical Response) sebagai
salah satu teknik penyajian dalam pengajaran khususnya dalam pembelajaran
bahasa asing, baik itu bahasa Inggris, Jepang, Perancis, dan lain-lain. Metode pembelajaran adalah suatu ilmu
yang membicarakan tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran, sehingga
dikuasai oleh peserta didik dengan kata lain ilmu tentang guru mengajar dan murid belajar.
Metode
ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada pentingnya ‘listening
comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada
pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana
anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya
selama berbulan-bulan sebelum ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun
yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap
melakukannya.
Pada
Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa
mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal
proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan
menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir
sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR),
siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang
diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, dsb
2.4.1 Bentuk
Aktivitas dengan Metode TPR dalam PBM (Proses Belajar Mengajar).
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:
a. Latihan dengan menggunakan perintah (imperative drill ), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa.
b. Dialog atau percakapan (conversational dialogue).
c. Bermain peran (role play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, dll.
d. Presentasi dengan OHP atau LCD
e. Aktivitas membaca (reading) dan menulis (writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.
Dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode TPR ini banyak sekali aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru dan siswa antara lain:
a. Latihan dengan menggunakan perintah (imperative drill ), merupakan aktivitas utama yang dilakukan guru di dalam kelas dari metode TPR. Latihan berguna untuk memperoleh gerakan fisik dan aktivitas dari siswa.
b. Dialog atau percakapan (conversational dialogue).
c. Bermain peran (role play), dapat dipusatkan pada aktivitas sehari-hari seperti di sekolah, restoran, pasar, dll.
d. Presentasi dengan OHP atau LCD
e. Aktivitas membaca (reading) dan menulis (writing) untuk menambah perbendaharaan kata (vocabularies) dan juga melatih pada susunan kalimat berdasarkan tenses dan sebagainya.
2.4.2 Teori
pembelajaran TPR
Teori pembelajaran bahasa TPR yang diterapkan pertama kali oleh Asher ini
mengingatkan pada beberapa pandangan para psikolog, misalnya Arthur Jensen yang pernah mengusulkan sebuah
model tujuh langkah untuk mendeskripsikan perkembangan
pembelajaran verbal anak. Model ini sangat mirip dengan pandangan Asher tentang
penguasaan bahasa anak. Asher menyajikan tiga hipotesa pembelajaran yang
berpengaruh yaitu: Terdapat bio-program bawaan yang spesifik untuk pembelajaran
bahasa yang menggambarkan sebuah alur yang optimal untuk pengembangan bahasa
pertama dan kedua. Lateralisasi otak menggambarkan fungsi pembelajaran yang
berbeda pada otak kiri dan kanan. Stres mempengaruhi aktivitas pembelajaran dan apa yang akan
dipelajari oleh peserta didik, stress yang lebih rendah kapasitasnya maka
pembelajaran menjadi lebih baik
Ø Teknik
- teknik dalam Total Physical Response Method:
1.
Using Commands to Direct Method.
2.
Role Reversal.
2.5 The Audio -
Lingual Method
Istilah
audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada
tahun 1964. Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan
efisien dalam pembelajaran bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah
mengubah pengajaran bahasa dari hanya sebuah kiat ke sebuah ilmu. Audio-Lingual
Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip linguistik struktural, analisis kontrastif, pendekatan aural-oral, dan psikologi behavioristik.
Dasar
pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah
sebagai berikut:
1. Bahasa
adalah lisan, bukan tulisan
2. Bahasa
adalah seperangkat kebiasaan
3. Ajarkan
bahasa dan bukan tentang bahasa
4. Bahasa
adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
5. Bahasa
satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards
& Rodgers (1986;51) dan Prayogo (1998:9) menambahkan beberapa prinsip
pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologi audi -lingualisme dan
penerapannya sebagai berikut: “Pembelajaran bahasa asing pada
dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan yang mekanistik bahasa
sasaran disajikan dalam bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tulis. Bentuk-bentuk analogi memberikan
dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada bentuk analisis,
generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang
kaidah-kaidah”.[11]
2.6 Community
Language Learning
Metode
ini mempercayai prinsip ‘whole persons’
yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian siswa tapi
juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut Curran (1986:89) siswa merasa tidak
nyaman pada situasi yang baru. Dengan memahami prasaan ketakutan dan sensitif
siswa guru dapat menghilangkan perasaan negatif siswa menjadi energi positif
untuk belajar.
Kursi
disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di
atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru menyuruh siswa membuat
dialog dalam bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru membantu.
Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk
transkrip dalam bahasa Inggris dan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah
kebahasaan didiskusikan.
Ø Teknik
- teknik Community Language Learning:
1. Tape
- recording Student Conversation.
2. Reflective
Listening.
3. Transcription.
4. Human
Computer.
5. Reflection
on Experience.
2.7 Suggestopedia
Georgi
Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi
sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pembelajar mengalami kegagalan dapat
dihilangkan. Dalam model pembelajaran suggestopedia, kendala psikologi
pembelajar dapat diatasi..
Dalam
mengaplikasikan model pembelajaran ini, ruang kelas ditata sedemikian rupa
sehingga berbeda dengan kelas biasa. Siswa duduk di sofa dalam bentuk setengah
lingkaran dengan penerangan yang remang-remang. Beberapa poster yang
berhubungan dengan materi pembelajaran dipasang di tembok. Guru menyapa dalam
bahasa ibu kemudian meyakinkan pembelajar kalau nereka tidak perlu berusaha
untuk belajar tapi pembelajaran akan berlangsung secara alami. Guru memutar
musik klasik kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara menarik
nafas panjang. Selanjutnya guru mengajak pembelajar berimajinasi tentang materi
yang sedang dipelajari. Ketika mereka membuka mata, mereka bermain peran.
Setelah itu, guru membaca sambil memperdengarkan musik. Guru tidak memberi
pekerjaan rumah.
Ø Teknik
- teknik dalam Suggestopedia:
1. Classroom
Set-up.
2. Role-Play.
3. Peripheral
Learning.
4. First Concert.
5. Positive
Suggestion.
6. Second Concert.
7. Visualization .
8. Primary
Activation.
9. Choose
a New Identity.
2.8 The Communicative Approach (Communicative
Language Teaching)
Mumbly
(1978) menyebut Pendekatan Komunikatif sebagai ‘Communicative Syllabus’. Widdowson menyebutnya sebagai ‘Communicative Approach’, sedangkan
Richards & Rogers menyebutnya ‘Communicative Language Teaching’ (CLT).
Istilah-istilah seperti Notionol - Functional Approach atau Functional
Approach.
Communicative
Aproach/ CA (Communicative Language
Teaching) berasal dari perubahan pada tradisi pengajaran bahasa di Inggris
pada akhir tahun 1960 dan kemunculannya dipertegas oleh:
1. Kegagalan
Audio Lingual Method yang menghasilkan penutur-penutur bahasa asing atau
baha ysa kedua yang baik dan fasih tetapi tidak mampu menggunakan bahasa yang
dipelajari dalam interaksi yang bermakna.
2. Pandangan
Chomsky tentang kreatifitas dan keunikan kalimat sebagai ciri dasar sebuah bahasa.
CA
bertujuan untuk menjadikan kompetensi komunikatif (communicative competence)
sebagai tujuan pengajaran bahasa dan untuk mengembangkan teknik-teknik dan
prosedur pengajaran ketrampilan bahasa yang didasarkan atas aspek saling
bergantung antara bahasa dan komunikasi. Kompetensi Komunikatif mencakup
kompetensi gramatika, sosiolinguistik, dan strategi. Kemampuan komunikatif
berbahasa (communicative language ability) meliputi pengetahuan atau
kompetensi dan kecakapan dalam penerapan kompetensi tersebut dalam penggunaan
bahasa yang komunikatif, kontekstual, dan sesuai.
Beberapa
pemerian mengenai kompetensi komunikatif secara umum berpandangan bahwa
makna profisiensi dalam sebuah bahasa tidak hanya sekedar mengetahui sistem
kaidah-kaidah gramatikal (fonologi, sintaksis, kosakata, dan semantik). Fokus
metode ini pada dasarnya adalah elaborasi dan implementasi program dan
metodologi yang menunjang kemampuan bahasa fungsional melalui pertisipasi
pembelajaran dalam kegiatan-kegiatan komunikatif.[14]
Di
bawah ini adalah perbandingan antara Audio Lingual Method dan Communicative
Approach[15]:
Audio
Lingual
Method
Communicative Approach
- Lebih memperhatikan struktur dan
bentuk daripada makna.
|
- Makna adalah yang utama
|
- Menuntut penghafalan dialog yang
berisi struktur-struktur tertentu.
|
- Jika dialog digunakan, maka
difokuskan pada fungsi-fungsi komunikatif dan tidak dihafal.
|
- Butir-butir bahasa tidak harus
kontekstual
|
- Kontekstualisasi menjadi premis
dasar.
|
- Pembelajaran bahasa adalah
pembelajaran struktur, bunyi, dan kosakata.
|
- Belajar bahasa adalah belajar
untuk berkomunikasi.
|
- Penguasaan atau overlearning
menjadi tujuan.
|
- Komunikasi efektif menjadi
tujuan.
|
- Pelafalan seperti penutur asli
menjadi tujuan.
|
- Pelafalan yang dapat dipahami
menjadi tujuan
|
- Penjelasan tentang gramatika
dihindari.
|
- Asalkan membantu pebelajar cara
atau teknik apapun dapat digunakan; bervariasi berdasarkan umur, minat,
motivasi pebelajar, dll.
|
- Kegiatan komunikatif
dilaksanakan setelah proses panjang drilling dan latihan-latihan.
|
- Usaha pebelajar untuk
berkomunikasi didorong dari saat awal pembelajaran.
|
- Penggunaan bahasa ibu dihindari.
|
- Jika diperlukan penggunaan
bahasa ibu pebelajar dibenarkan.
|
- Penerjemahan dihindari pada
tingkat-tingkat awal.
|
- Penerjemahan dapat dilakukan
bila pebelajar mendapatkan manfaat dari pelaksanaannya.
|
- Membaca dan menulis ditunda
sampai ketrampilan berbicara dikuasai.
|
- Membaca dan menulis dapat
dimulai dari hari pertama pembelajaran jika dikehendaki.
|
- Sistem bahasa sasaran dipelajari
melalui pengajaran nyata tentang pola-pola system bahasa tersebut.
|
- Sistem bahasa sasaran paling
baik dipelajari melalui proses usaha untuk berkomunikasi.
|
- Kompetensi bahasa menjadi tujuan
yang ingin dicapai.
|
- Kompetensi komunikatif menjadi
tujuan yang ingin dicapai, yaitu kemampuan untuk menggunakan system bahasa
secara efektif dan efisien.
|
- Variasi-variasi bahasa
ditekankan, tetapi cukup diketahui oleh pebelajar.
|
- Variasi bahasa menjadi konsep
utama di dalam bahan dan metode yang dipakai.
|
- Urutan penyajian unit-unit
pelajaran ditentukan hanya berdasarkan pada prinsip-prinsip kerumitan bahasa.
|
- Urutan penyajian unit-unit
ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, dan makna yang dapat tetap
menjaga minat pebelajar.
|
- Guru mengawasi siswa dan menjaga
agar mereka tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan teori
pembelajaran.
|
- Guru membantu pebelajar dengan
berbagai cara yang dapat memberi motivasi kepada mereka dalam belajar bahasa.
|
- Ketepatan penggunaan bahasa
formal menjadi tujuan utama.
|
- Kefasihan dan bahasa yang dapat
diterima merupakan tujuan pembelajaran.
|
- Siswa diharapkan berinteraksi
dengan system bahasa.
|
- Siswa diharapkan berinteraksi
dengan orang lain.
|
- Guru harus menyatakan bahasa
yang harus digunakan oleh siswa.
|
- Guru tidak dapat mengetahui
bahasa yang akan digunakan oleh siswa.
|
- Motivasi intrinsik akan timbul dari munculnya minat pada struktur bahasa
sasaran.
|
- Motivasi intrinsik akan timbul dari minat terhadap apa yang dikomunikasikan
oleh bahasa sasaran.
|
Dalam pengenalan Bahasa Inggris untuk anak di usia
dini, penggunaan bahasa ibu yaitu Bahasa
Indonesia, hendaknya kita menganggap anak tersebut adalah seorang bayi yang
baru lahir dan mencoba belajar bahasa. Pengenalan belajar bahasa dengan cara
menghafal kata, arti kemudian pengenalan bentuk kata dan yang lainnya seperti
sewaktu kita melakukan pembelajaran di pendidikan menengah tidak dapat dengan
mudahnya untuk diterapkan kepada anak-anak di usia dini. Dalam hal pola pembelajaran bahasa
Inggris untuk level pengenalan, diharapkan dapat tercipta situasi dan kondisi
yang menampilkan segala bentuk tampilan berbahasa yang menggunakan bahasa
Inggris.
Bahasa Inggris sama halnya dengan bahasa Indonesia adalah
merupakan alat komunikasi yang mengandung beberapa sifat yaitu sistemik,
manasuka, ujar, manusiawi, dan komunikatif. Disebut sistemik karena bahasa
merupakan sebuah
sistem yang terdiri dari sistem bunyi dan sistem makna. Manasuka karena antara makna dan bunyi tidak
ada hubungan logis. Disebut ujaran karena dalam bahasa yang terpenting adalah
bunyi, karena
walaupun ada yang ditemukan dalam media tulisan tapi pada akhirnya dibaca dan
menimbulkan bunyi. Disebut manusiawi karena bahasa ada jika manusia masih ada
dan memerlukannya, Santosa (2005).[16]
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran bahasa Inggris sejak
usia dini memberikan dampak positif sebagai tahap pengenalan bahasa asing
sebelum mereka melanjutkan ke pendidikan dasar dan pendidikan tinggi
selanjutnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris dapat menggunakan
metode whole language, komunikatif, dan ketrampilan proses. Namun para
pendidik dan orangtua dapat menerapkan model – model pembelajaran bahasa
Inggris yang berkembang saat ini yang kita ketahui ada delapan model yaitu: Grammar Translation Method, Direct Method (DM), The Audio-Lingual Method,
TPR
(Totally Physical Response), The
Silent Way, Suggestopedia, Community Language Learning, The
Communicative Approach.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifah, Muin. 2011, Pentingnya
Pembelajaran Bahasa Inggris di SD. Universitas
Negeri Semarang: Jakarta.
Arifuddin. 2013, Neuropsikolinguistik.
PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Iskandarwassid dkk. 2011, Strategi
Pembelajaran Bahasa. PT Remaja
Rosdakarya Offset: Bandung.
Suyanto, Kasihani K.E. 2000, Kegiatan Komunikatif dalam Pembelajaran bahasa
Inggris. Depdiknas: Surabaya.
http://kursusinggris.wordpress.com/2006/11/28/bahasa-inggris-harus-dikuasai-secara-acktif/. Kamis, 5 Desember 2013 pukul
13:34 WIB.
http://luluvikar.wordpress.com/2010/11/10/model-model-pembelajaran-bahasa-inggris. Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:10 WIB.
http://www.englishfirst.co.id/englishfirst/whyef/methods.aspx. Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:50 WIB.
http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB.
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/03/pengertian-inovatif-kreatif-dan.html. Sabtu, 7 Desember 2013 pukul 17:10 WIB.
[1] Iskandarwassid dkk. 2011, Strategi Pembelajaran Bahasa.
PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung, h.
4
[2] Op.Cit, h. 5
[3] Arifuddin. 2013, Neuropsikolinguistik. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta,
h. 136
[4] http://sobatbaru.blogspot.com/2009/03/pengertian-inovatif-kreatif-dan.html Sabtu, 7 Desember 2013 pukul 17:10 WIB
[5] http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB
[6]http://luluvikar.wordpress.com/2010/11/10/model-model-pembelajaran-bahasa-inggris. Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:10 WIB
[7] http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB
[8] http://www.englishfirst.co.id/englishfirst/whyef/methods.aspx. Kamis, 5 Desember
2013 pukul 13: 50 WIB
[9] http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB
[10]http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB
[11] http://kursusinggris.wordpress.com/2006/11/28/bahasa-inggris-harus-dikuasai-secara-acktif/. Kamis, 5 Desember
2013 pukul 13:34 WIB
[12]http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris.
Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB.
[13] http://www.scribd.com/doc/8142002/Metode-Pembelajaran-Bahasa-Inggris. Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:40 WIB
[14] Kasihani K.E Suyanto. 2000, Kegiatan Komunikatif dalam Pembelajaran
bahasa Inggris, Depdiknas: Surabaya, h. 7
[15]http://kursusinggris.wordpress.com/2006/11/28/bahasa-inggris-harus-dikuasai-secara-acktif/. Kamis, 5 Desember 2013 pukul 13:34 WIB.
[16] Muin Arifah.
2011, Pentingnya Pembelajaran Bahasa Inggris di SD. Universitas Negeri Semarang: Jakarta, h. 20