Secara
umum tehnik pengumpulan data dilakukan secara tes dan non tes. Pertama,
tehnik tes. Menurut Thohirin tes merupakan suatu metode penelitian psikologis
untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku dan
kehidupan psikologis seseorang, dengan menggunkan pengukuran (measurement)
yang mengasilkan suau deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diukur.[1]
Sedangkan menurut Bimo Walgito tes adalah suatu metode atau alat utnuk
melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau
tugas-tugas yang telah dipilih dengan seksama dan telah distandarisasikan.[2]
Alat
tes yang digunakan untuk pengumpulan data (himpunan data) harus
distandardisasikan dalam cara penyelenggaraan tes, cara pemeriksaan, dan
penentuan norma penafsiran seragam. Selain itu juga harus memiliki validitas
dan reabilitas. Jadi tes ialah suatu metode atau alat untuk mengadakan
penyelidikan dengan menggunakan soal-soal yang telah dipilih dengan seksama,
artinya dengan standar tertentu.
Tes
sebagai metode penyelidikan mulai dikenal setelah Binet pada tahun 1904
mendapat tugas dari pemerintah untuk menemukan seorang anak yang mengalami
kelambatan belajar bila dibandingkan dengan teman-temannya. Kemudian,
penyelidikan tersebut dikerjakan bersama-sama dengan Simon, sehingga dikenal
dengn tes Binet Simon mengenai intelegensi. Kemudian tes Binet ini
disempurnakan oleh ahli-ahli lain. Salah satu revisi yang terkenal ialah revisi
dari Terman untuk dipakai di Amerika Serikat. Karena Terman ini bekerja di
Stanford University, revisinya terkenal dengan Standard revision, dan
sering disebut dengan Tes intelegensi Stanford-Binet. [3]
Tes
sebagai alat pengumpulan data digunakan dengan tujuan untuk:
1.
Meramalakan
atau memperkirakan tentang taraf prestasi atau corak perilaku di kemudian hari.
2.
Mengadakan
seleksi untuk menerima atau menempatkan individu pada possisi tertentu.
3.
Mengadakan
klasifikasi untuk menentukan dalam kelompok mana seseorang sebaiknya dimasukkan
untuk mengikuti suatu program pendidikan tertentu, atau dikenai program
rehabilitasi tertentu.
4.
Mengadakan
evaluasi tentang program-program studi, proses pembelajaran, dan lain sebagainya.[4]
Ada
beberapa macam tes berdasarkan penggolongan atau klasifikasinya, yaitu:
1.
Berdasarkan
banyaknya orang yang dites
a.
Tes
individual (perseorangan)
b.
Tes
kelompok (group)
2.
Berdasarkan
kemampuan jiwa yang ingin diselidiki
a.
Tes
pengamatan
b.
Tes
perhatian
c.
Tes
intelegensi
3.
Berdasarkan
cara pengetesan
a.
Tes
verbal (tes bahasa)
b.
Tes
peraga (performance).[5]
Adapun
menurut Thohirin tes yang digunakan dalam himpunan data ada beberapa macam:
1.
Tes
Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes ini digunakan apa yang telah dipelajari oleh siswa di berbagai
mata pelajaran. Tes hasil belajar ada beberapa macam anatara lain tes
kompetensi (competency test) dan tes diagnostik.
2.
Tes
Kemampuan Khusus atau Tes Bakat Khusus (Test of Spesific Ability)
Tes in digunakan untuk mengukur taraf kemampuan seseorang utnuk
berhasil dalam mata pelajaran tertentu, program pendidikan vokasioanl tertentu,
atau bidang karier tertentu.
3.
Tes
Minat
Tes ini digunaan untuk mengukur kegiatan-kegiatan apa yang paling
diminati siswa. Selain itu, juga untuk membantu siswa dalam memilih jenis
karier yang sesuai dengan karakteristik kepribadiannya.
4.
Tes
Perkembangan Vokasional
Tes ini digunakan untuk mengukur taraf perkembangan seseoarang
(siswa) dalam hal kesadaran akan memangku suatu pekerjaan ata jabatan tertentu,
memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dengan ciri-ciri
kepribadiannya serta tuntutan-tuntutan sosial ekonomis, dan dalam menyusun
serta mengimplementasikan rencana masa depannya sendiri.
5.
Tes
Kepribadian
Tes ini digunakan dalam himpunan data untuk mengukur ciri-ciri
kepribadian tertentu pada siswa seperti karakter, temperamen, corak kehidupan
emosional, kesehatan mental, relasi sosial dengan orang lain dan bidang-bidang
kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri.[6]
Perlu
diketahui bahwa baik tidaknya suatu tes bergantung pada validitas dan
reliabilitas tes tersebut. Validitas suatu tes adalah ukuran
sampai dimana tes itu dapat mengukur apa yang ingin diukur atau dites.
Reliabilitas dari tes adalah keajegan dari tes itu. Apabila tes itu diberikan
pada subjek yang sama pada waktu yang berbeda maka hasil tes itu akan
menunjukkan hasil yang sama atau dengan kata lain tes itu menunjukkan adanya keajegan hasil.[7] Karena itu, sebelum tes dikenakan secara menyeluruh, umumnya
dicari dahulu validitas dan reabilitasnya.
Kedua, tehnik
nontes. Yang termasuk tehnik nontes dalam pengumpulan data adalah:
1.
Skala
Penilain (rating scale)
Skala penilaian merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah
sifat atau sikap yang dijabarkan dalam bentuk skala. Tehnik ini sangat tepat
apabila digunakan untuk mengobservasi situasi tertentu secara kualitatif.[8]
2.
Sosiometri
Sosiometri merupakan alat
untuk mengumpulkan data tentang hubungan-hunbungan sosial dan tingkah
laku sosial. Melalui tehnik ini pembimbing (konselor) dapat memperoleh data
tentang susunan antar siswa, struktur hubungan siswa, dan arah hubungan sosial.[9]
3.
Kunjungan
Rumah
Kunjungan rumah dilakukan utnuk mengenl secara lebih dekat
lingkungan keluarga siswa. Kunjungan rumah akan menimbulkan keakraban dan
saling pengertian antara pihak sekolah secara umum dan pembimbing secara khusus
dengan orang tua siswa. Kunjungan rumah juga untuk memperoleh informasi
terutama untuk informasi yang belum diperoleh melalui angket dan wawancara.[10]
4.
Kartu
Pribadi (comulative record)
Kartu pribadi merupakan suatu catatan yang disusun secara
kronologis dan terus bertambah secara luas karena penambahan data secara
kontinu. Di dalam kartu pribadi terdapat data penting tentang siswa. [11]
5.
Studi
Kasus
Studi kasus dapat bermakna suatu tehnik mempelajari seorang
individu (siswa) secara mendalam untuk membantunya memecahkan masalah atau
memperoleh penyesuaian diri secara lebih baik.[12]
6. Konferensi Kasus
Konferensi
kasus adalah forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing (konselor) guna
membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya.[13]
[1] Ibid.,
hlm. 211.
[2] Bimo Walgito,
Bimbingan Konseling (Studi dan Karier), (Andi Offset: Yogyakarta, 2010),
hlm. 88.
[3] Anas
Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia. 2012), hlm.
82.
[4] Thohirin, Bimbingan
dan Konseling ..., hlm. 212.
[5] Anas
Salahudin, Bimbingan dan Konseling, hlm. 83.
[6] Thohirin, Bimbingan
dan Konseling ..., hlm. 212-213.
[7] Bimo Walgito,
Bimbingan Konseling (Studi ..., hlm. 89.
[8] Thohirin, Bimbingan
dan Konseling ..., hlm. 218.
[9] Ibid.,
hlm. 218-219.
[10] Ibid.,
hlm. 219-220.
[11] Ibid.,
hlm. 221.
[12] Ibid.
[13] Ibid.,
hlm. 223.
No comments:
Post a Comment