Monday, February 22, 2016

PERAN GURU DAN TANTANGANNYA DALAM GLOBALISASI



PERAN GURU DAN TANTANGANNYA DALAM GLOBALISASI

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sosiologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Nafiul Lubab, M.S.I

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/0/03/Logo_STAIN_Kudus_Jawa_Tengah.jpg

Disusun Oleh:
Kelas F2-PAI
Kelompok 8
Naila Shifwah            1310110213
Dini Fatmawati          1310110214


JURUSAN TARBIYAH/ PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami jauh yang kita harapkan. Masalah dalam dunia pendidikan di Negara ini sangat bermacam-macam, meliputi hubungan system pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat, hubungan antar manusia di dalam sekolah, pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak sekolah dan lembaga pendidikan dalam masyarakat.
Dilihat dari objek penyelidikannya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial terutama sosiologi dan ilmu pendidikan yang secara umum juga merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan telah memiliki lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode dan susunan pengetahuan yang jelas.
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak pernah terlepas dari seorang guru. Guru memegang kedudukan dan peranan yang strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dari dimensi tersebut kedudukan dan peranan guru sulit digantikan oleh orang lain.
Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorangpun yang dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat berperan. Untuk itu, para guru dan calon guru harus paham dan dibekali sosiologi pendidikan serta terampil mengoperasionalkan dalam kegiatan pendidikan.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian guru dan sosiologi pendidikan?
2.    Apa peran guru dalam sosiologi pendidikan?
3.    Bagaimana sikap guru dalam menghadapi tantangan globalisasi?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Guru dan Sosiologi Pendidikan
Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang cakap adalah yang diharapkan pada diri setiap anak didik. Tidak ada seorang guru yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah masyarakat. Untuk itulah  guru dituntut memiliki dedikasi dan loyalitas dalam membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2008 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.[1]
Sedangkan dalam pandangan masyarakat Jawa, pendidik atau guru memiliki posisi yang sangat terhormat. Masyarakat Jawa menyebut istilah guru berasal dari kata digugu lan ditiru. Kata digugu (dipercaya) mengandung maksud bahwa guru mempunyai seperangkat  ilmu yang memadai sehingga ia memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Sedangkan, kata ditiru (diikuti) menyimpan makna bahwa guru merupakan sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utuh sehingga tindak tanduknya patut dijadikan panutan oleh peserta didik dan masyarakat.[2]
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang melakukan usaha secara sadar terhadap pengembangan potensi peserta didik agar lebih baik, sehingga menjadi manusia yang utuh.
Menurut Prof. Dr. S. Nasution, M.A., sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan perkembangan individu agar lebih baik.[3] Sedangkan menurut Dictionary of Sosiology, sosiologi pendidikan adalah sosiologi yag diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. [4] Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan pendidikan secara mendalam melalui analisa atau pendekatan sosiologis.
Guru di dalam kaca mata sosiologi merupakan sosok yang menjadi anutan bagi masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh siswa di ruang kelas, tetapi juga oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa masayarakat memposisikan guru di tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat, yaitu di depan memberi suri tauladan (ing ngarso sung tulada), di tengah-tengah membangun (ing madya mangun karsa) dan dan di belakang memberikan dorongan atau motivasi (tut wuri handayani).

B.  Peran Guru dalam Sosiologi Pendidikan
1.      Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Seorang disebut guru, karena ia menjalankan peranan guru, yaitu mengajar. Peranan ini benar-benar peranan sosial, fungsi sosialnya tidak dapat diragukan. Fungsi guru juga disebut jabatan guru atau tugas guru karena si pemangku menerima tugas itu dari insatasi yang berwenang melalui surat (dan upacara) pengangkatan.[5] Selain sebagai actor utama kesuksesan pendidikan yang dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas seorang guru, antara lain:
a.    Edukator (pendidik)
Tugas seorang guru adalah mendidik siswa sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Syarat utama sebagai seorang edukator adalah guru harus mempunyai ilmu.[6] Jadi guru berperan menyampaikan ilmu pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan.[7] Di sini guru juga menjadi tokoh panutan bagi peserta didik dan lingkungannya. Sehingga guru sebagai pendidik harus mengetahui dan memahami nilai dan norma.
b.      Leader (pemimpin)
Guru juga berperan sebagai pemimpin kelas. Oleh karena itu, ia harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas.[8] Selain itu guru juga harus bersikap terbuka, demokratis, dan menghindari cara-cara kekerasan.
c.       Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru memfasilitasi murid untuk menentukan dan mengembangkan murid untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya.[9] Untuk melaksanakannya guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
d.      Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang kehidupannya.[10]  Siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar dalam dirinya. Oleh sebab itu, guru dituntut kreatif dalam membangkitkan motivasi belajar siswa.
e.       Evaluator
Dalam dunia pendidikan setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu akan diadakan evaluasi, artinya seseorang guru mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai.[11]  Penilaian dilakukan agar guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta keefektifan metode mengajar.
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahannya. Maka dari itu harus ada pembenahan . dalam mengevaluasi guru bisa menggunakan cara dengan merenungkan proses pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara objektif, meminta pendapat orang lain, missal kepala sekolah, guru-guru yang lain atau bahkan murid-muridnya.[12]

2.      Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut:
a.       Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan pendidikan.
b.      Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
c.       Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan.
d.      Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu kedisiplinan.
e.       Pelaksana administrasi pendidikan, di samping mengajar guru bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan administrasi.[13]
3.      Peran Guru sebagai Pribadi
Sebagai orang yang berkecimpung di dunia pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Guru harus menjadi idola para siswanya, sekaligus menjadi panutan bagi lingkungan sekitarnya.
Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut:
a.       Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan masyarakat guru merupakan orang yang ditugaskan yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
b.      Pelajar dan ilmuwan, yaitu senantiasa terus-menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
c.       Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anakya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswanya.
d.      Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.[14]

4.      Peran Guru sebagai Psikologis
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:
a.       Ahli psikologis pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
b.      Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antarmanusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan tehnik tertentu, khusunya dalam kegiatan pendidikan.
c.       Catalytc agent, yaitu orang yang memilki pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharu). Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakana bagi peserta didik. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini ke dalam istilah atau bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik.
d.      Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertangggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khusunya kesehatan mental siswa. [15]
       Dalam melakukan perannya di atas seorang guru harus melandasinya dengan tanggung jawab yang besar pada dirinya, tanggung jawab yang tidak didasari oleh kebutuhan financial belaka tetapi tanggung jawab peradaban yang besar bagi kemajuan negeri.
C.  Sikap Guru dalam Mengahadapi Tantangan Globalisasi
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Guru diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun sikap mental.
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dalam menjalankan peran-perannya dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
1)   Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar.      
Dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif, dan bijaksana. Responsive artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk IPTEK, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan IPTEK yang baik, maka guru akan tertinggal dan menjadi korban IPTEK serta menjadi guru “isoku iki”.[16]
2)   Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia
Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Dikalangan remaja sangat begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan, kesenangan belaka, dan budaya instan.[17]
3)   Krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat.
Akibat perkembangan industri dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrialisasi dan kapitalisme. Ini merupakan tantangan guru untuk merespon realitas ini, terutama dalam dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial (kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan) bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial tersebut.
4)   Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia
Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa-bangsa di dunia membutuhkan identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk setiap eksisnya bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa berkorban untuk bangsa dan negara. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia, pola dan gaya hidup remaja yang lebih kebarat-baratan, dan beberapa indikator lainnya.[18] Melihat realitas di atas guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5)   Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia.
Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal dan unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang digambarkan seperti di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.[19]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1.      Guru di dalam sosiologi merupakan sosok yang menjadi anutan bagi masyarakat. Guru tidak hanya diperlukan oleh siswa di ruang kelas, tetapi juga oleh masyarakat lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam permasalahan yang dihadapi masyarakat.
2.      Beberapa peran guru dalam sosiologi pendidikan yaitu: 1) Peran guru dalam proses belajar mengajar, 2) Peran guru dalam pengadministrasian, 3) Peran guru sebagai pribadi, 4) Peran guru sebagai psikologis.
3.      Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru adalah sebagai berikut: 1) Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan mendasar 2) Krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia 3) Krisis sosial 4) Krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia 5) Adanya perdagangan bebas.
B.     Kritik
Berdasarkan hal ini, maka guru harus mampu memenuhi perannya secara keseluruhan, tidak hanya perannya sebgaai seorang pengelola di dalam kelas akan tetapi juga sebagai pengadministrasian, prribadi dan psikologis. Dalam era globalisasi yang penuh dengan tantangan kehidupan yang kompleks, seorang guru harus mampu mengimbangi laju arus globalisasi agar mampu menciptakan out put yang berkualitas sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

C.    Saran
Sebaiknya guru perlu untuk mengembangkan kualitas kinerjanya dalam dunia pendidikan sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan msayarakat ke arah kemajuan. Guru juga perlu memahami aspek-aspek perkembangan IPTEK yang merupakan akibat dari globalisasi, sehingga guru dan siswa mampu mengikuti laju mobilitas tersebut.




DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan Inovatif. Yogjakarta: DIVA Press. 2011.
Barnawi dan M. Arifin. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.
Gunawan, Ary H.  Sosiologi Pendidikan (Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Problem Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta. 2000.
Hendropuspito. Sosiologi Sistematik. Yogyakarta: Kanisius. 1989.
Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.
Permadi, Dadi dan Daeng Arifin. Panduan Menjadi Guru Profesional. Bandung: CV. Nuansa Aulia. 2013.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Jakarta: PT.Kencana. 2011.
Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja RosdaKarya. 2013.
Usman, Moh. Uzer.  Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002.
Utsman, Kahar. Sosiologi Pendidikan. Kudus: STAIN Kudus. 2009.



[1] Didi Supriadie dan Deni Darmawan, Komunikasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2013), hlm. 47.
[2] Barnawi dan M. Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.( Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013),  hlm. 93.
[3] Kahar Utsman, Sosiologi Pendidikan, (Kudus: STAIN Kudus, 2009), hlm. 4.
[4] Ary H. Gunawan,  Sosiologi Pendidikan (Suatu Analisis Sosiologi tentang Pelbagai Probllm Pendidikan), (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 45.
[5] Hendropuspito, Sosiologi Sistematik, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm. 179.
[6] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, Dan Inovatif, (Yogjakarta: DIVA Press, 2011), hlm. 39.
[7] Dadi Permadi dan Daeng Arifin, Panduan Menjadi Guru Profesional, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2013), hlm. 63.
[8] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru, hlm. 40.
[9]Ibid., hlm. 41.
[10] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru, hlm. 45-46.
[11]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: PT.Kencana, 2011), hlm. 26.
[12] Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru, hlm. 54.
[13] Moh. Uzer Usman,  Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),  hlm. 12.
[14] Ibid.., hlm. 13.
[15] Ibid.
[16] Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 37.
[17] Ibid, hlm. 38.
[18] Ibid, hlm. 39.
[19] Ibid., hlm. 40.