BAB I
PENDAHULUAN
Menurut islam
Pendidikan adalah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh
karena itu ajaran islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu
kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur
hidup, semenjak dari buaian hingga ajal datang.
Dalam melaksanakan
pendidikan, diperlukan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menunjang
berhasilnya atau tidaknya pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam melaksanakan
pendidikan ada beberapa faktor pendidikan yang perlu mendapat perhatian
sebaik-baiknya.
Dari uraian
diatas penulis akan membahas tentang pendidikan dan faktor-faktornya, yakni
meliputi pengertian pendidikan secara umum, pendidikan menurut para tokoh serta
faktor-faktor yang mendorong keberhasilan suatu pendidikan serta uraiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Pada
hakikatnya dalam memahami pengertian pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui
dua istilah dalam dunia pendidikan yaitu pedagogi yang berarti “Pendidikan”
dan pedagogia yang artinya “Ilmu pendidikan”.[1]
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani pedagigia (paedos dan agoge)
yang berarti “Saya membimbing, memimpin anak”. Berdasarkan asal kata tersebut,
maka pendidikan memiliki pengertian seorang yang tugasnya membimbing anak
didalam pertumbuhannya kepada arah berdiri sendiri serta bertanggung jawab.[2]
Pada
bebrapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik melakukan segala
sesuatunya, pendidik bersikap otoriter, anak didik harus menurut dan menaati
segala perintah dan larangan dari pendidik.[3]
Dalam
bahasa arab, istilah pendidikan juga dikenal dengan ta’lim berasal dari
kata ‘allama yang berarti proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa
manusia sebagai individu tanpa adanya batasan dan ketentuan.[4]
Imam
Al-Ghozali memaknakan pendidikan sebagai proses pembiasaaan (riyadhah).[5]
Ahmad Tafsir memaknai pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan seseorang
semaksimal mungkin.[6]
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu dimulai sejak anak dilahirkan dan
berakhir setelah ia meninggal dunia.[7]
Pendidikan
adalah aktivitas atau usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
bawaan baik jasmani maupun rohani serta akal untuk memperoleh hasil dan
prestasi. Dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil
peradapan bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu
sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat
pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya
karenanya bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan
terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan
hidupnya.
Pendidikan
bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan inspirasinya (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Adapun
beberapa pengertian pendidikan dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1. Menurut Redja Mudyahardjo
Secara luas pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah
segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Secara sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah
pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
2. Menurut Umar Tirtarahardja dan Lasula
Pendidikan seperti sasarannya yaitu manusia, mengandung
banyak aspek yang sangat kompleks. Oleh karena itu beliau mengemukakan beberapa
batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsi, yaitu:
a.
Pendidikan sebagai proses transformasi budaya.
b.
pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi.
c. Pendidikan
sebagai proses penyiapan warga negara.
d.
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja.
3. Menurut John Dewey
Pendidikan itu adalah The General theory of education.
John Dewey tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, sebab
itu dia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
4. Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar
oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama.[8]
5. Sudirman N.
Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang
atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
6. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
7. Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan
dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau
lebih tepat dapat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan hidupnya sendiri.[9]
8. Menurut UU No.2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi para peranannya di masa
yang akan datang.
9. Menurut JJ. Rousseau
pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada
pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
10. Menurut Prof. Brodjonegoro
Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.[10]
2. Faktor-Faktor Pendidikan
Dalam
aktivitas pendidikan,ada beberapa faktor pendidikan yang dapat
membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Adapun faktor-faktor pendidikan tersebut,
meliputi adanya tujuan yang ingin dicapai, adanya tenaga pendidik, adanya
peserta didik, tersedianya material ajar (kurikulum), terbentuknya metode ajar,
dan terkondisinya situasi lingkungan pembelajaran yang kondusif.[11]
a. Faktor Tujuan
Kegiatan apapun bentuk dan jenisnya sadar atau tidak
sadar selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala
sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti
apa-apa, dengan demikian tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Secara
singkat dikatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.[12]
Fungsi
tujuan bagi pendidikan
1) Sebagai arah pendidikan.
Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke depan)
kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi, demikian pula kegiatan-kegiatannya
pun tidak akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan menunjukan arah dari suatu
usaha. Sedangkan arah tadi menunjukan jalan yang harus ditempuhdari situasi
sekarang kepada situasi berikutnya.
2) Tujuan sebagai titik akhir.
Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta
mengalami pula akhirnya. Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan seatu
kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan telah berakhir.
Pada umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
3) Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain.
Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha,
maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut
merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan suatu usaha. Dengan demikian,
antara dasar-dasar dan tujuanterbentanglah garis yang menunjukan arah
bergeraknya usaha tersebut, serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu
kesatuan yang tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain.
4) Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang
didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya.
Semua itu terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Pendidikan berlangsung dalam proses panjang yang pada
akhirnya mencapai tujuan umum atau akhir yaitu kedewasaan. Tujuan yang bersifat
umum ini akan dicapai melalui pencapaian tujuan-tujuan yang khusus. Menurut
seorang ahli pendidikan Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan
yaitu:
a) Tujuan umum.
Merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam
segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakekat
kemanusiaan yang universal.
b) Tujuan khusus.
Merupakan pengkhusus dari tujuan umum di atas dasar
beberapa hal, diantaranya: terdapatnya perbedaan individual anak didik,
perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, perbedaan yang berhubungan
dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan
falsafah hidup suatu bangsa.
c) Tujuan tak lengkap.
Adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu aspek
kepribadian. Tujuan tak lengkap ini merupakan bagian dari tujuan umum yang
melingkupi perkembangan seluruh sapek kepribadian.
d) Tujuan sementara.
Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai
secara sekaligus, karenanya perlu ditempuh setahap demi setahap, setingkat demi
setingkat. Tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang
dimksuddengan tujuan sementara.
e) Tujuan incidental.
Merupakan tujuan yang bersifat sesaat, karena adanya situasi
yang terjadi secara kebetulan, kendatipun demikian tujuan ini tidak terlepas
dari tujuan umum.
f) Tujuan intermedia atau perantara.
Merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus
dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya.[13]
b. Faktor Pendidik
Pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan
seseorang.[14]Dalam
hal ini kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi 2 kategori, yaitu:
1) Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.
2) Pendidik menurut jabatan yaitu guru.
Pendidik yang bersifat kodrati dan sebagai orang tua
wajib pertama sekali memberikan didikan kepada anaknya, selain asuhan, kasih
sayang, perhatian dan sebagainya. Dalam perspektif islam, orang tua adalah
pendidik yang paling bertanggung jawab. Seperti didalam Al-Qur’an Allah
berfirman :
“Jagalah
dirimu dan ahli familimu dari ancaman api neraka”[15]
Sedangkan pendidikan menurut jabatan, yaitu guru. Guru
adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu
orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru
atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan diharapkan
pula dari pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif baik,
sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya.
Karakteristik yang harus dimiliki
pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu :
a. Kematangan diri yang
stabil, memahami diri sendiri, mandiri,
dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
b. Kematangan sosial yang
stabil, memiliki pengetahuan yang cukup
tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang
lain.
c.
Kematangan profesional (kemampuan mendidik),
yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya,
memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.[16]
c. Faktor Peserta Didik
Adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai
manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta didik
merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa
kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan denga kemampuan pendidiknya.
Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan
guru. Dalam bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar yaitu murid, anak
didik, dan peserta didik.[17]
Sa’id Hawwa menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat
juga disebut sifat-sifat murid) adalah sebagai berikut ini :
1. Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang
lainnya.
2. Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan
duniawiyah.
3. Tidak sombong terhadap orang yang berilmu.
4. Menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat.
5. Mendahulukan ilmu yang paling dahulu untuk dirinya.
6. Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus.
7. Tidak memasuki ilmu yang baru sebelum menguasai yang
sebelumnya.[18]
d. Faktor Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah sutu tindakan
atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan
tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan
demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali
artinya, karena itu dalam hal ini perlu pembatasan dalam beberapa persoalan
saja, dalam konteks prespektif yang lebih dinamis, alat tersebut disamping
sebagai perlengkapan, juga merupakan pembantu dalam mempermudah terlaksanaanya
tujuan pendidikan.[19]
Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri dari
bermacam-macam, antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, hukuman serta kebiasaan.[20]
Termasuk juga sebagai alat pendidikan diantaranya:
keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, dan kedaan alat-alat dan
fasilitas-fasilitas lainnya.
Oleh karena itu dalam memilih alat pendidikan, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Tujuan yang ingin dicapai.
b. Orang yang menggunakan alat.
c. Untuk siapa alat itu digunakan.[21]
e. Faktor Metode Pendidikan
Agar interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai
tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang tepat, perlu
dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan materi untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa guru tidak boleh
memberi pengaruh kepada pelajar dengan metode yang hanya akan merusak fitrah
murid-muridnya, sesuai dengan hadits rasulullah:[22]
“Allah tidak mengutusku untuk membuat
kerusakan atau perbuatan yang tidak ada gunanya, melainkan mengutusku untuk
mengajar dan melakukan hal-hal yang mudah”.[23]
f. Faktor Lingkungan
Adalah yamg meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak
didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang
sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.[24]
Pada
dasarnya lingkungan mencakup beberapa hal, yaitu:
1) Tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah,
keadaan alam.
2) Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan warisan budaya
tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
3) Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau
masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa,dan perkumpulan.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik
secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat mengalami
pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan-lingkungan tersebut meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang
ia sebut dengan tri pusat pendidikan.
Untuk melaksanakan pendidikan islam didalam lingkungan
ini perlu kiranya diperhatikan factor-faktor yang ada didalamnya sebagai
berikut :[25]
a)
Perbedaan lingkungan keagamaan,
sesuai dengan QS. Al-hujurat : 13.
Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap
anak didik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yakni :
1) Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
2) Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama
tetapi tanpa keinsafan batin.
3) Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan
hidup dalam lingkungan agama.[26]
b)
Latar belakang pengenalan anak
tentang keagamaan.
Salah satu tugas bagi seorang guru ialah menyiapkan anak
agar dapat mencapai tujuan hidupnya yang utama, yaitu menyiapkan diri untuk
masa yang akan datang.
Dengan demikian agar tidak menimbulkan keraguan-keraguan
terhadap anak didik akan agama ini, maka sejak kecil sebelum menginjak usia
sekolah harus ditanamkan keagamaan. Sebab anak pada saat yang demikian ini adalah
keadaan masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik ia ibarat kertas putih
bersih belum ada coretan tinta sedikitpun. Sebagai mana hadits nabi SAW.
ما من مو لو د
الا يو لد علي الفطرة فا بوا ه يهودا نه او ينصرانه او يمجسانه (رواه مسلم)
Artinya : “Tidaklah anak yang
dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada
Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama
yahudi, nashrani, majusi. (HR. Muslim).[27]
[1] M.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan : Teoritis dan Praktis, Cetakan ke
Delapan Belas, (Bandung : Rosda, 2007), h. 3.
[2]Hamdani,
Dasar-Dasar Kependidikan, ( Bandung :Pustaka Setia, 2011), h. 14.
[3]Abu
Ahmadi, dkk., Ilmu Pendidikan, (Semarang : Rineka Cipta, 1991), h. 2.
[4]Mahmud,
Psikologi Pendidikan Mutakhir, (Bandung : Sahifa, 2005), h. 29.
[5]Hamdani,op.
cit., h. 15.
[8]Ahmad
D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif,
1980), h. 45.
[9]Abu
Ahmadi, dkk.,op.cit., h. 15.
[10]Hamdani,op.
cit., h. 17-21.
[11]
Moh. Rosyid, Ketimpangan Pendidikan: Langkah Awal Pemetaan Patologi
Pendidikan di Indonesia, (Kudus : Stain Kudus Press, 2006), h. 8.
[12]http:// filsufcinta . blogspot . com
/2011/04/ pengertian - dan - faktor -
faktor-pendidikan.html diakses 29 September 2014.
[13]http://iyamiracle.blogspot.com/2013/03/bab-6-tujuan-sebagai-salah-satu-faktor.html
diakses pada 29 september 2014.
[14]Ahmad
Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam : Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu
Memanusiakan Manusia, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h.
170.
[15]Ahmad
Tafsir,op. cit., h. 171.
[16]http://mdsutriani.wordpress.com/2012/06/22/faktor
- faktor - pendidikan - dalam - ilmu-pendidikan/
diakses 29 september 2014.
[17]
Ahmad Tafsir, op.cit., h. 164-165.
[18]Ahmad
Tafsir,op.cit., h. 167-168.
[19]Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995),
h. 181.
[20]Ibid.
[21]http:// filsufcinta . blogspot . com
/2011/04/ pengertian - dan - faktor -
faktor-pendidikan.html diakses 29 September 2014.
[22]
Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an,
(Jakarta : Rineka Cipta, 1994), h. 204.
[23]Ibid.
[24]http:// filsufcinta . blogspot . com
/2011/04/ pengertian - dan - faktor -
faktor-pendidikan.html diakses 29 September 2014.
[25]Zuhairini, op.cit., h. 173.
izin jadika sumber kak, terima kasih :)
ReplyDeleteIzin copas kk
ReplyDeleteIzin copas kk
ReplyDelete