Thursday, September 24, 2015

PENDIDIKAN DAN FAKTOR-FAKTOR PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN

Menurut islam Pendidikan adalah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup, semenjak dari buaian hingga ajal datang.
Dalam melaksanakan pendidikan, diperlukan adanya faktor-faktor pendidikan yang ikut menunjang berhasilnya atau tidaknya pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pendidikan ada beberapa faktor pendidikan yang perlu mendapat perhatian sebaik-baiknya.
Dari uraian diatas penulis akan membahas tentang pendidikan dan faktor-faktornya, yakni meliputi pengertian pendidikan secara umum, pendidikan menurut para tokoh serta faktor-faktor yang mendorong keberhasilan suatu pendidikan serta uraiannya.


BAB II
PEMBAHASAN

1.    Pengertian Pendidikan
Pada hakikatnya dalam memahami pengertian pendidikan terlebih dahulu perlu diketahui dua istilah dalam dunia pendidikan yaitu pedagogi yang berarti “Pendidikan” dan pedagogia yang artinya “Ilmu pendidikan”.[1] Istilah ini berasal dari bahasa Yunani pedagigia (paedos dan agoge) yang berarti “Saya membimbing, memimpin anak”. Berdasarkan asal kata tersebut, maka pendidikan memiliki pengertian seorang yang tugasnya membimbing anak didalam pertumbuhannya kepada arah berdiri sendiri serta bertanggung jawab.[2]
Pada bebrapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik melakukan segala sesuatunya, pendidik bersikap otoriter, anak didik harus menurut dan menaati segala perintah dan larangan dari pendidik.[3]
Dalam bahasa arab, istilah pendidikan juga dikenal dengan ta’lim berasal dari kata ‘allama yang berarti proses transmisi ilmu pengetahuan pada jiwa manusia sebagai individu tanpa adanya batasan dan ketentuan.[4]
Imam Al-Ghozali memaknakan pendidikan sebagai proses pembiasaaan (riyadhah).[5] Ahmad Tafsir memaknai pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan seseorang semaksimal mungkin.[6] Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan itu dimulai sejak anak dilahirkan dan berakhir setelah ia meninggal dunia.[7]
Pendidikan adalah aktivitas atau usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani serta akal untuk memperoleh hasil dan prestasi. Dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradapan bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya karenanya bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan inspirasinya (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Adapun beberapa pengertian pendidikan dikemukakan oleh para ahli, antara lain :
1.    Menurut Redja Mudyahardjo
Secara luas pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Secara sempit pendidikan adalah sekolah. Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
2.    Menurut Umar Tirtarahardja dan Lasula
Pendidikan seperti sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek yang sangat kompleks. Oleh karena itu beliau mengemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda berdasarkan fungsi, yaitu:
a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya.
b. pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara.
d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja.
3.    Menurut John Dewey
Pendidikan itu adalah The General theory of education. John Dewey tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan, sebab itu dia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.

4.    Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[8]
5.    Sudirman N.
Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
6.    Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
7.    Langeveld
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada kedewasaan anak itu, atau lebih tepat dapat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan hidupnya sendiri.[9]
8.    Menurut UU No.2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi para peranannya di masa yang akan datang.
9.    Menurut JJ. Rousseau
pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.


10.  Menurut Prof. Brodjonegoro
Pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.[10]

2.    Faktor-Faktor Pendidikan
Dalam aktivitas pendidikan,ada beberapa faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Adapun faktor-faktor pendidikan tersebut, meliputi adanya tujuan yang ingin dicapai, adanya tenaga pendidik, adanya peserta didik, tersedianya material ajar (kurikulum), terbentuknya metode ajar, dan terkondisinya situasi lingkungan pembelajaran yang kondusif.[11]
a.    Faktor Tujuan
Kegiatan apapun bentuk dan jenisnya sadar atau tidak sadar selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa, dengan demikian tujuan merupakan faktor yang sangat menentukan. Secara singkat dikatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.[12]
Fungsi tujuan bagi pendidikan
1)   Sebagai arah pendidikan.
Tanpa adanya semacam antisipasi (pandangan ke depan) kepada tujuan, penyelewengan akan banyak terjadi, demikian pula kegiatan-kegiatannya pun tidak akan efisien. Dalam hal ini tujuan akan menunjukan arah dari suatu usaha. Sedangkan arah tadi menunjukan jalan yang harus ditempuhdari situasi sekarang kepada situasi berikutnya.


2)   Tujuan sebagai titik akhir.
Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula akhirnya. Mungkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan seatu kegagalan mencapai tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan telah berakhir. Pada umumnya, suatu usaha baru berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
3)   Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain.
Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan suatu usaha. Dengan demikian, antara dasar-dasar dan tujuanterbentanglah garis yang menunjukan arah bergeraknya usaha tersebut, serta dasar dan tujuan pendidikan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain.
4)   Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
Dalam konteks usaha-usaha yang dilakukan, kadang-kadang didapati tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainnya. Semua itu terlihat apabila berdasarkan nilai-nilai tertentu.
Pendidikan berlangsung dalam proses panjang yang pada akhirnya mencapai tujuan umum atau akhir yaitu kedewasaan. Tujuan yang bersifat umum ini akan dicapai melalui pencapaian tujuan-tujuan yang khusus. Menurut seorang ahli pendidikan Langeveld mengemukakan macam-macam tujuan pendidikan yaitu:
a)    Tujuan umum.
Merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakekat kemanusiaan yang universal.
b)   Tujuan khusus.
Merupakan pengkhusus dari tujuan umum di atas dasar beberapa hal, diantaranya: terdapatnya perbedaan individual anak didik, perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat, perbedaan yang berhubungan dengan tugas lembaga pendidikan, perbedaan yang berhubungan dengan pandangan falsafah hidup suatu bangsa.
c)    Tujuan tak lengkap.
Adalah tujuan yang hanya mencakup salah satu aspek kepribadian. Tujuan tak lengkap ini merupakan bagian dari tujuan umum yang melingkupi perkembangan seluruh sapek kepribadian.
d)   Tujuan sementara.
Perjalanan untuk mencapai tujuan umum tidak dapat dicapai secara sekaligus, karenanya perlu ditempuh setahap demi setahap, setingkat demi setingkat. Tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir itulah yang dimksuddengan tujuan sementara.
e)    Tujuan incidental.
Merupakan tujuan yang bersifat sesaat, karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan, kendatipun demikian tujuan ini tidak terlepas dari tujuan umum.
f)    Tujuan intermedia atau perantara.
Merupakan tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya.[13]
b.    Faktor Pendidik
Pendidik ialah semua yang mempengaruhi perkembangan seseorang.[14]Dalam hal ini kita dapat membedakan pendidikan itu menjadi 2 kategori, yaitu:
1)      Pendidik menurut kodrati, yaitu orang tua.
2)      Pendidik menurut jabatan yaitu guru.
Pendidik yang bersifat kodrati dan sebagai orang tua wajib pertama sekali memberikan didikan kepada anaknya, selain asuhan, kasih sayang, perhatian dan sebagainya. Dalam perspektif islam, orang tua adalah pendidik yang paling bertanggung jawab. Seperti didalam Al-Qur’an Allah berfirman :
“Jagalah dirimu dan ahli familimu dari ancaman api neraka”[15]
Sedangkan pendidikan menurut jabatan, yaitu guru. Guru adalah sebagai pendidik yang menerima tanggung jawab dari tiga pihak yaitu orang tua, masyarakat dan Negara. Tanggung jawab dari orang tua diterima guru atas kepercayaan yang mampu memberikan pendidikan dan pengajaran dan diharapkan pula dari pribadi guru dapat memancarkan sikap-sikap yang normatif baik, sebagai kelanjutan dari sikap dan sifat orang tua pada umumnya.
Karakteristik yang harus dimiliki pendidik dalam melaksanakan tugasnya dalam mendidik, yaitu :
a.    Kematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri, mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
b.    Kematangan sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
c.    Kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam menggunkan cara-cara mendidik.[16]
c.     Faktor Peserta Didik
Adalah orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidikannya, peserta didik merasa bahwa ia memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuan masih sangat terbatas dibandingkan denga kemampuan pendidiknya.
Istilah murid mengandung kesungguhan belajar, memuliakan guru. Dalam bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar yaitu murid, anak didik, dan peserta didik.[17]
Sa’id Hawwa menjelaskan adab dan tugas murid (yang dapat juga disebut sifat-sifat murid) adalah sebagai berikut ini :
1.    Murid harus mendahulukan kesucian jiwa sebelum yang lainnya.
2.    Murid harus mengurangi keterikatannya dengan kesibukan duniawiyah.
3.    Tidak sombong terhadap orang yang berilmu.
4.    Menjaga diri dari mendengarkan perbedaan pendapat.
5.    Mendahulukan ilmu yang paling dahulu untuk dirinya.
6.    Tidak menekuni banyak ilmu sekaligus.
7.    Tidak memasuki ilmu yang baru sebelum menguasai yang sebelumnya.[18]
d.    Faktor Alat Pendidikan
Yang dimaksud dengan alat pendidikan adalah sutu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pada dasarnya yang dinamakan alat ini luas sekali artinya, karena itu dalam hal ini perlu pembatasan dalam beberapa persoalan saja, dalam konteks prespektif yang lebih dinamis, alat tersebut disamping sebagai perlengkapan, juga merupakan pembantu dalam mempermudah terlaksanaanya tujuan pendidikan.[19]
Alat-alat pendidikan itu sendiri terdiri dari bermacam-macam, antara lain: hukuman dan ganjaran, perintah dan larangan, celaan dan pujian, hukuman serta kebiasaan.[20]
Termasuk juga sebagai alat pendidikan diantaranya: keadaan gedung sekolah, keadaan perlengkapan sekolah, dan kedaan alat-alat dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Oleh karena itu dalam memilih alat pendidikan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a.       Tujuan yang ingin dicapai.
b.      Orang yang menggunakan alat.
c.       Untuk siapa alat itu digunakan.[21]
e.     Faktor Metode Pendidikan
Agar interaksi dapat berlangsung baik dan tercapai tujuan, maka disamping dibutuhkan pemilihan materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula. Metode adalah cara menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sebagaimana telah dinyatakan, bahwa guru tidak boleh memberi pengaruh kepada pelajar dengan metode yang hanya akan merusak fitrah murid-muridnya, sesuai dengan hadits rasulullah:[22]
“Allah tidak mengutusku untuk membuat kerusakan atau perbuatan yang tidak ada gunanya, melainkan mengutusku untuk mengajar dan melakukan hal-hal yang mudah”.[23]
f.     Faktor Lingkungan
Adalah yamg meliputi kondisi dan alam dunia yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan manusia. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal dalam suatu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak.[24]
Pada dasarnya lingkungan mencakup beberapa hal, yaitu:
1)   Tempat (lingkungan fisik); keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
2)   Kebudayaan (lingkungan budaya); dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
3)   Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa,dan perkumpulan.
Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat mengalami pendidikan. Menurut Ki Hajar Dewantara, lingkungan-lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan organisasi pemuda, yang ia sebut dengan tri pusat pendidikan.
Untuk melaksanakan pendidikan islam didalam lingkungan ini perlu kiranya diperhatikan factor-faktor yang ada didalamnya sebagai berikut :[25]
a)    Perbedaan lingkungan keagamaan, sesuai dengan QS. Al-hujurat : 13.
Adapun lingkungan yang dapat memberi pengaruh terhadap anak didik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yakni :
1)   Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama.
2)   Lingkungan yang berpegang teguh kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsafan batin.
3)   Lingkungan yang mempunyai tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam lingkungan agama.[26]
b)   Latar belakang pengenalan anak tentang keagamaan.
Salah satu tugas bagi seorang guru ialah menyiapkan anak agar dapat mencapai tujuan hidupnya yang utama, yaitu menyiapkan diri untuk masa yang akan datang.
Dengan demikian agar tidak menimbulkan keraguan-keraguan terhadap anak didik akan agama ini, maka sejak kecil sebelum menginjak usia sekolah harus ditanamkan keagamaan. Sebab anak pada saat yang demikian ini adalah keadaan masih bersih dan mudah dipengaruhi atau dididik ia ibarat kertas putih bersih belum ada coretan tinta sedikitpun. Sebagai mana hadits nabi SAW.
ما من مو لو د الا يو لد علي الفطرة فا بوا ه يهودا نه او ينصرانه او يمجسانه (رواه مسلم)
Artinya : “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nashrani, majusi. (HR. Muslim).[27]



[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan : Teoritis dan Praktis, Cetakan ke Delapan Belas, (Bandung : Rosda, 2007), h. 3.
[2]Hamdani, Dasar-Dasar Kependidikan, ( Bandung :Pustaka Setia, 2011), h. 14.
[3]Abu Ahmadi, dkk., Ilmu Pendidikan, (Semarang : Rineka Cipta, 1991), h. 2.
[4]Mahmud, Psikologi Pendidikan Mutakhir, (Bandung : Sahifa, 2005), h. 29.
[5]Hamdani,op. cit., h. 15.
[6]Ibid., h. 20.
[7]Abu Ahmadi, dkk., op.cit. h. 75.
[8]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-Ma’arif, 1980), h. 45.
[9]Abu Ahmadi, dkk.,op.cit., h. 15.
[10]Hamdani,op. cit., h. 17-21.
[11] Moh. Rosyid, Ketimpangan Pendidikan: Langkah Awal Pemetaan Patologi Pendidikan di Indonesia, (Kudus : Stain Kudus Press, 2006), h. 8.
[12]http:// filsufcinta . blogspot . com /2011/04/ pengertian - dan - faktor - faktor-pendidikan.html diakses 29 September 2014.

[14]Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam : Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2012), h. 170.
[15]Ahmad Tafsir,op. cit., h. 171.
[17] Ahmad Tafsir, op.cit., h. 164-165.
[18]Ahmad Tafsir,op.cit., h. 167-168.
[19]Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), h. 181.
[20]Ibid.
[21]http:// filsufcinta . blogspot . com /2011/04/ pengertian - dan - faktor - faktor-pendidikan.html diakses 29 September 2014.
[22] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), h. 204.
[23]Ibid.
[24]http:// filsufcinta . blogspot . com /2011/04/ pengertian - dan - faktor - faktor-pendidikan.html diakses 29 September 2014.
[25]Zuhairini, op.cit., h. 173.
[26]Ibid., h. 175.
[27]Ibid., h. 175-176.

3 comments: